PT Perusahaan Gas Negara Tbk meminta dukungan pemerintah, berupa insentif penurunan harga gas di sektor hulu. Insentif ini untuk pengembangan jaringan gas bumi sektor rumah tangga alias Program PGN Sayang Ibu.
Direktur Utama PGN Suko Hartono menyebut perusahaan menerima harga gas di hulu saat ini sebesar US$ 4,72 per juta British Thermal Unit (MMBTU). Untuk program tersebut usulannya menjadi menjadi US$ 2 per juta British Thermal Unit.
Dengan penurunan harga, harapannya dapat meningkatkan kinerja operasional niaga gas bumi sebesar 12% dibandingkan 2020. “Target ini dapat tercapai dengan adanya tambahan market baru,” katanya dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VII, Rabu (27/1).
Realisasi kinerja operasional niaga gas bumi pada 2020 sebesar 815 miliar British Thermal Unit per hari (BBTUD). Targetnya tahun ini angkanya dapat naik menjadi 912 miliar British Thermal Unit per hari.
Perusahaan terus mendukung kebijakan penetapan harga gas maksimum US$ 6 per juta British Thermal Unit untuk pelanggan industri tertentu. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 8 Tahun 2020 dan Keputusan Menteri ESDM Nomor 89K Tahun 2020.
Namun, Suko menyebut alokasi gas belum maksimal. Realisasinya baru sekitar 64,14% dari total alokasi. PGN berharap sektor industri, melalui Kementerian Perindustrian, dapat memanfaatkannya lebih banyak lagi.
Angka pemanfaatan gas bumi tahun lalu sekitar 240 miliar British Thermal Unit per hari, dari alokasi 374 miliar British Thermal Unit per hari. “Sampai hari ini, teman-teman di industri belum memanfaatkan sesuai alokasi,” kata Suko.
PGN Genjot Infrastruktur Gas
PGN bakal menggenjot penyelesaian infrastruktur dan komersialisasi gas bumi di 2021 hingga 2023. Hal ini seiring dengan komitmen perusahaan dalam mengelola bisnis midstream dan downstream industri migas di Indonesia.
Untuk tahun ini, PGN sedang bersiap mengembangkan infrastruktur pipa gas secara masif. Proyek pipanisasi akan menjadi kunci penting dalam optimalisasi gas bumi nasional.
Targetnya, proyek pipanisasi yang akan selesai adalah penggantian pipa minyak di Blok Rokan, pipa transmisi di Sumatera Bagian Utara dan Tengah, pipa integrasi South Sumatera West Java (SSWJ)-West Java Area (WJA), dan pipa pemanfaatan untuk petrokimia. Kemudian pipa transmisi di Kalimantan, pipa transmisi di Jawa Tengah, pipa distribusi Kendal-Semarang-Demak, serta pipa untuk pelanggan industri, komersial dan rumah tangga (jargas).
SVP Corporate Communication and Investor Relation PT Pertamina (Persero) Agus Suprijanto mengatakan, PGN juga akan menyediakan gas bagi pemenuhan seluruh kilang Pertamina. Salah satu target tahun ini adalah penyelesaian program gasifikasi Kilang Balongan, Indramayu, Jawa Barat.
Saat ini, gasifikasi Kilang Balongan telah dipenuhi melalui penyaluran gas dari PT Pertamina EP dan PT Pertamina Hulu Energi melalui pipa PT Pertamina Gas. Guna mempertahankan pemenuhan kebutuhan gas jangka panjang, PGN akan membangun interkoneksi pipa SSWJ dan WJA. Proyek ini targetnya akan selesai pada semester I-2021.
Pembangunan infrastruktur gas untuk memenuhi kebutuhan Kilang Balikpapan dalam jangka panjang juga sedang berlangsung, melalui pipa Senipah-Balikpapan. Untuk Kilang Cilacap, PGN mempersiapkan sebagai tambahan portofolionya dalam mengelola gas alam cair atau LNG. “Perusahaan sedang menyiapkan pembangunan Terminal LNG,” kata Agus. Targetnya, terminal ini selesai pada semester II-2022.