Harga minyak mencatat kenaikan tiga pekan berturut-turut. Sentimen positif muncul pada komoditas ini di tengah membaiknya permintaan bahan bakar minyak dunia.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Agustus pada perdagangan penutupan kemarin, Jumat (11/6), terangkat 17 sen menjadi US$ 72,69 per barel. Pekan ini harga minyak acuan dunia itu telah naik 1%.
Lalu, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juli bertambah 62 sen menjadi US$ 70,91 per barel. Angka ini merupakan level tertinggi sejak Oktober 2018. WTI telah naik 1,9% pada minggu ini.
“Permintaan minyak menguat lebih cepat daripada pasokan. Kami membutuhkan lebih banyak suplai untuk memenuhi permintaan,” kata analis senior di Price Futures Group Phil Flynn.
Dalam laporan bulanannya, Badan Energi Internasional (IEA) mengatakan organisasi negara pengekspor minyak dan sekutunya alias OPEC+ perlu meningkatkan produksi guna memenuhi permintaan yang akan pulih ke tingkat pra-pandemi pada akhir 2022.
Pada tahun itu, OPEC+ memiliki ruang untuk meningkatkan pasokan minyak mentah sebesar 1,4 juta barel per hari di atas target Juli 2021 dan Maret 2022. "OPEC+ perlu membuka keran untuk menjaga pasokan minyak dunia secara memadai," kata pengawas energi yang berbasis di Paris tersebut.
Bank investasi Amerika Serikat, Goldman Sachs, memperkirakan harga Brent dapat mencapai US$ 80 per barel pada musim panas ini. Hal ini seiring dengan peluncuran vaksin dan meningkatnya aktivitas ekonomi global.
Data ANZ Research menunjukkan, lalu lintas jalan kembali ke tingkat sebelum Covid-19 di Amerika Utara dan sebagian besar Eropa. “Bahkan pasar bahan bakar jet menunjukkan tanda-tanda perbaikan dengan penerbangan Eropa naik 17% selama dua minggu terakhir,” tulis bank investasi itu.
Harga Emas Turun
Berbeda dengan minyak, harga emas turun pada akhir perdagangan pekan ini setelah mencatat kenaikan dua hari berturut-turut. Harganya tertekan dengan penguatan dolar AS.
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Agustus di Comex New York Exchange turun 0,89% menjadi US$ 1.879,6 per ounce. Padahal, sehari sebelumnya logam mulia ini naik 0,05%.
Indeks dolar yang mengukur greenback dengan enam mata uang utama lainnya menguat 0,6%. Investor melakukan aksi ambil untung pada emas dan mengalihkan asetnya ke dolar AS.
Ahli strategi komoditas TD Securities Daniel Ghali mengatakan, harga emas akan mundur dalam jangka pendek ke US$ 1.850 per ounce. Sentimen negatif muncul karena kebijakan bank sentral AS yang dovish untuk jangka waktu yang lama.
Dovish adalah kebijakan yang condong untuk menunda kenaikan suku bunga. Pelaku pasar sekarang mengamati pertemuan bank sentral AS, Federal Reserve, minggu depan. Ekspektasinya, The Fed akan tetap berpegang pada perkiraan inflasi tinggi yang terjadi di negara itu adalah sementara.
Harga komoditas logam lainnya, yaitu perak ditutup naik 0,41% menjadi US$ 28,15 per ounce pada pekan ini. Platinum untuk pengiriman Juli naik 0,45% menjadi US$ 1.151,1 per ounce.