Konsumsi listrik nasional pada Oktober 2021 mencetak rekor. PT PLN (Persero) mencatat angka konsumsi listrik di Indonesia telah mencapai 210 terawatt jam (TWh). Tingginya konsumsi listrik ini seiring aktivitas ekonomi yang mulai pulih.
Executive Vice President Perencanaan Sistem Ketenagalistrikan PLN Edwin Nugraha Putra mengklaim angka konsumsi listrik periode kali ini memecahkan rekor tertinggi dalam kurun waktu lima tahun terakhir.
"Meskipun sebelumnya ada tekanan Covid-19, tapi bouncing cukup cepat. Hingga November ini, kenaikan energi konsumsi yang tinggi melebihi catatan kami dibandingkan beberapa tahun lalu," ujarnya dalam keterangannya di Jakarta, Minggu (28/11).
Saat ini, total kapasitas pembangkit listrik terpasang sebesar 63,3 gigawatt. Kapasitas ini dinilai cukup untuk memenuhi kebutuhan energi nasional.
Sesuai Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2021-2030, PLN akan menambah pembangkit baru dengan kapasitas mencapai 40,6 gigawatt. Dalam peta jalan itu, pembangkit berbasis energi hijau akan mendominasi sistem ketenagalistrikan Indonesia.
"Sekitar 51,6% dari total pembangkit tersebut atau sekitar 20,9 gigawatt akan berasal dari pembangkit energi baru terbarukan," ujar Edwin.
Lebih lanjut dia menjelaskan peningkatan bauran energi bersih tidak hanya bergantung pada pasokan listrik, namun juga harus didukung dengan permintaan daya yang cukup agar daya listrik yang ada dapat terserap.
PLN akan menjalankan program konversi kompor gas ke kompor induksi untuk meningkatkan permintaan listrik. Selain meningkatkan konsumsi listrik, program itu juga menjadi solusi menekan impor dan memperbaiki neraca perdagangan negara.
The Economist Intelligence Unit memprediksi permintaan energi dunia pada tahun depan naik 2,2% menjadi 13.410 juta ton setara minyak (million tonnes of oil equivalent/mtoe).
Prediksi ini lebih tinggi dari capaian tahun 2019 yakni sebelum dunia dilanda pandemi Covid-19. Namun, prediksi itu masih lebih rendah dari pertumbuhan permintaan energi tahun ini yang bangkit setelah mengalami kontraksi 4,5% pada 2020.
"Sebagian besar pertumbuhan permintaan akan datang dari sektor kelistrikan seiring dengan proses elektrifikasi perekonomian global (mulai dari digitalisasi hingga transportasi/kendaraan listrik) berlanjut," tulis laporan EIU yang dirilis Rabu (17/11).
Menurut laporan ini, konsumsi seluruh komoditas energi akan meningkat pada 2022, termasuk batu bara yang permintaannya sempat terpuruk akibat pandemi, akan meningkat pada 2022. Konsumsi batu bara diprediksi naik 1,5% secara tahunan, hampir secepat pertumbuhan konsumsi gas alam.