Jelang Akhir Tahun, Harga Batu Bara Acuan Anjlok ke Level US$ 159,79

ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas/foc.
Alat berat beroperasi di kawasan penambangan batu bara Desa Sumber Batu, Kecamatan Meureubo, Aceh Barat, Aceh, Rabu (8/7/2020).
8/12/2021, 17.38 WIB

Kementerian ESDM menetapkan harga batu bara acuan (HBA) Desember 2021 sebesar US$ 159,79 per ton. Angka tersebut turun US$ 55,22 per ton dibandingkan HBA November 2021, yaitu US$ 215,01 per ton.

Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM Agung Pribadi menjelaskan penurunan HBA dipengaruhi adanya intervensi kebijakan Pemerintah Tiongkok. 

"Pemerintah Tiongkok telah meningkatkan produksi batu bara dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri yang berdampak pada meningkatnya stok batubara domestik Tiongkok," ujar Agung dalam keterangan tertulis, Rabu (8/12).

Selain itu, penurunan HBA bulan ini juga disebabkan oleh masih berlangsungnya krisis energi diikuti merangkaknya komoditas energi fosil di luar batu bara. "Peralihan penggunaan batu bara global akibat melonjaknya harga gas dan minyak bumi mulai ter-recovery," jelasnya.

Adapun penurunan HBA Desember sendiri merupakan kali pertama setelah hampir sepanjang tahun harga batu bara mengalami lonjakan. Dibuka pada level US$ 75,84 per ton di Januari, HBA mengalami kenaikan pada bulan Februari US$ 87,79 per ton, sempat turun di Maret US$ 84,47 per ton.

Selanjutnya terus mengalami kenaikan secara beruntun hingga bulan November 2021 pada angka US$ 215,01 per ton. Rinciannya, April di angka US$ 86,68, Mei (US$ 89,74/ton), Juni (US$ 100,33/ton), Juli (US$ 115,35/ton), Agustus (US$ 130,99/ton), September (US$ 150,03/ton), dan Oktober (US$ 161,63/ton).

HBA sendiri merupakan harga yang diperoleh dari rata-rata indeks Indonesia Coal Index (ICI), Newcastle Export Index (NEX), Globalcoal Newcastle Index (GCNC), dan Platt's 5900 pada bulan sebelumnya, dengan kualitas yang disetarakan pada kalori 6322 kcal/kg GAR, Total Moisture 8%, Total Sulphur 0,8%, dan Ash 15%.

Terdapat dua faktor turunan yang mempengaruhi pergerakan HBA yaitu, supply dan demand. Pada faktor turunan supply dipengaruhi oleh cuaca, teknis tambang, kebijakan negara supplier, hingga teknis di rantai pasok seperti kereta, tongkang, maupun loading terminal.



Sementara untuk faktor turunan demand dipengaruhi oleh kebutuhan listrik yang turun berkorelasi dengan kondisi industri, kebijakan impor, dan kompetisi dengan komoditas energi lain, seperti LNG, nuklir, dan hidro.

Nantinya, HBA bulan Desember ini akan dipergunakan pada penentuan harga batu bara pada titik serah penjualan secara Free on Board di atas kapal pengangkut (FOB Vessel) selama satu bulan ke depan.

Reporter: Verda Nano Setiawan