PT Pertamina International Shipping memperkirakan kebutuhan investasi perusahaan hingga 2030 mencapai US$ 1,6 miliar atau Rp 22,8 triliun (kurs Rp 14.230 per US$). Investasi tersebut salah satunya untuk menambah armada kapal yang menggunakan bahan bakar yang ramah lingkungan.
Direktur Utama Pertamina International Shipping Erry Widiastono mengatakan perusahaan tengah gencar mengarahkan pada penggunaan kapal-kapal yang sejalan dengan program dekarbonisasi. Hal tersebut guna mengantisipasi perkembangan arah bisnis ke depan.
"Kami sudah buat peta jalan dimana investasi yang dibutuhkan PIS hingga 2030 kami perkirakan sekitar US$ 1,5-1,6 miliar mencakup konsentrasi kami terhadap kapal kapal yang lebih hijau," katanya dalam dalam Linking Investment and Business Prospect of Integrated Marine Logistics in Indonesia AN OUTLOOK 2022, Selasa (28/12).
Meski demikian, pihaknya masih akan tetap mengakomodasi kapal-kapal yang masih menggunakan bahan bakar non-gas. Sebab, masih terdapat rentang waktu yang cukup panjang untuk Indonesia bertransisi penuh ke sumber energi baru terbarukan (EBT).
"Kami tidak terlalu meyakini akan berubah dalam waktu singkat ke gas demikian juga ke gas ke renewable energy, ini akan berjalan secara bertahap," ujarnya.
Adapun, kebutuhan pendanaan untuk investasi, Erry mengaku perusahaan saat ini lebih fleksibel dan tidak lagi bergantung dari holding. Menurut dia dengan adanya restrukturisasi, perusahaan kini dapat fleksibel dalam menggandeng mitra dan membangun kapasitas dengan mitra berkelas dunia.
Direktur Pengembangan Bisnis PIS Wisnu Medan Santoso sebelumnya mengatakan perusahaan menargetkan pendapatan hingga mencapai US$ 4 miliar (Rp 56,9 triliun) pada 2027. Untuk mencapai target itu, jumlah kapal milik tanker akan ditambah menjadi di atas 164 unit dari saat ini 95 unit melalui akuisisi atau membuat baru (newbuild).
Penambahan jumlah kapal tanker diharapkan dapat meningkatkan kemampuan PIS dalam mendistribusikan kargo yang saat ini berada pada angka 125 juta ton per tahun menjadi 180 juta ton per tahun.
Selain itu, PIS juga berencana untuk memperluas segmentasi jenis produk yang dapat didistribusikan. Dari yang sebelumnya hanya crude, clean petroleum product, dan LPG, merambah ke segmen Dimethyl Ether (DME), petrochemicals, dan dry bulk.
Tak ketinggalan, segmen green cargo yang terdiri dari LNG maupun biodiesel telah masuk ke dalam peta jalan pengembangan jenis kargo perusahaan serta mengemban amanat stakeholders dalam peningkatan aspek ESG.
"Penambahan rantai bisnis dari sebelumnya hanya bisnis shipping dan marine menjadi shipping, marine, logistics and port business merupakan modal besar bagi PIS. Butuh rencana strategis untuk mencapai aspirasi tersebut, salah satunya adalah penambahan jumlah armada kapal milik. Ini dapat dicapai dengan tersedianya alokasi belanja modal sesuai perencanaan," ujar Wisnu beberapa waktu lalu.