Harga minyak dunia terus melonjak seiring sanksi global terhadap Rusia atas invasi ke Ukraina diperberat. Analis menilai dunia mulai melihat dampak sanksi tersebut terhadap ekspor minyak Rusia yang menyebabkan reli kenaikan harga.
Pada perdagangan intraday hari ini, Rabu (2/3), harga minyak jenis Brent telah menyentuh US$ 110,39 per barel, naik 5,42% dibandingkan penutupan sebelumnya, sedangkan West Texas Intermediate menyentuh US$ 108,58 naik 5,17%.
“Kami mulai melihat apa dampak sanksi terhadap ekspor minyak Rusia dan tantangan yang mereka timbulkan. Itu mendorong harga lebih tinggi,” kata analis pasar senior di OANDA, Craig Erlam, seperti dikutip dari Reuters.
Kenaikan harga minyak tak terbendung meskipun ada kesepakatan global untuk melepaskan 60 juta barel cadangan minyak mentah untuk mencoba menjinakkan lonjakan harga. “Kami melihat reaksi yang kurang baik ketika ini terjadi pada Nobember dan itu sebelum Rusia menginvasi Ukraina,” kata Erlam.
Amerika Serikat siap untuk melarang penerbangan Rusia menggunakan wilayah udara Amerika, mengikuti langkah serupa oleh Uni Eropa dan Kanada. Sementara itu Inggris akan melarang kapal-kapal Rusia atau menuju ke Rusia bersandar pada pelabuhannya.
“Larangan kapal asal Rusia pada pelabuhan Inggris dan sanksi ekonomi baru terhadap lembaga keuangan kunci Rusia yang kami koordinasikan dengan sekutu kami akan memukul ekonomi Rusia dan membantu untuk memastikan Rusia kalah,” kata Sekretaris Luar Negeri Inggris Liz Truss.
“Mulai Selasa (1/3) saya menginstruksikan semua pelabuhan Inggris untuk menolak kapal apa pun yang berbendera, terdaftar, dimiliki, atau dioperasikan oleh Rusia,” kata Menteri Transportasi Inggris Grant Shapps dalam pernyataannya.
“Dengan melarang kapal-kapal Rusia dari pelabuhan kami, kami semakin mengisolasi Rusia dan menghancurkan kemampuan ekonominya, membuat mesin perang Putin kelaparan,” tambah Shapps.
Sanksi global terhadap Rusia telah mendorong serangkaian perusahaan besar untuk mengumumkan penangguhan atau keluar dari bisnis mereka di negara itu. Termasuk di antaranya perusahaan energi global yang akan segera menghentikan dan melepaskan kepemilikannya pada bisnis minyak dan gas Rusia.