Meningkatnya kasus Covid-19 membuat Cina mengumumkan karantina wilayah (lockdown) terutama di Kota Shanghai selama sembilan hari sejak 28 Maret 2022. Kondisi ini dikhawatirkan mempengaruhi ekspor batu bara Indonesia ke Negeri Panda.
Direktur Eksekutif Asosiasi Pengusaha Batu Bara Indonesia (APBI), Hendra Sinadia, mengatakan lockdown di Cina belum berdampak pada kegiatan ekspor batu bara ke negara tersebut. “Sejauh ini kami belum mendapatkan kabar jika ada dampaknya terhadap ekspor,” kata Hendra kepada Katadata.co.id, Kamis (7/4).
Pulihnya aktivitas perekonomian global pasca Pandemi Covid-19 mendongkrak tingginya permintaan batu bara global, khususnya di Cina. Hal tersebut menjadi salah satu dampak melonjaknya harga batu bara acuan (HBA) April 2022 menjadi US$ 288,40 per ton dibandingkan bulan sebelumnya US$ 203,69 per ton.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai ekspor batu bara ke Cina pada Januari hingga November 2021 sebesar US$ 13,6 miliar (Rp 195 triliun) naik 206,3% secara year to date (ytd) dengan volume 181 juta ton atau naik 63,40% . Batu bara berkontribusi 77% terhadap nilai ekspor non-migas ke Cina sepanjang periode tersebut.
Menukil laporan Minerba One Data Indonesia (MODI) Kementerian ESDM, realisasi produksi batu bara hingga Kamis (7/4) mencapai 141,41 juta ton dari target produksi sebesar 663 juta ton. Sementara itu, realisasi ekspor sebanyak 38,07 juta ton.
Menurut data Kementerian ESDM, Cina merupakan negara tujuan ekspor batu bara utama Indonesia pada 2020, yakni mencapai 127,7 juta ton atau setara dengan 32% dari total volume ekspor batu bara pada 2020. India berikutnya dengan 97,5 juta ton (24%). Simak databoks berikut:
Saat ditanya perihal apakah para pelaku usaha batu bara akan menaikkan jumlah produksi di tengah tingginya harga batu bara, Hendra hanya menyebutkan bahwa saat ini para penambang sedang memaksimalkan produksi yang terhambat di bulan Januari lalu.
“Perusahaan bisa mengajukan revisi Rencana Kerja dan Anggaran Belanja di kuartal 2. Setahu saya perusahaan sedang memaksimalkan produksi yang sempat terhambat di Januari akibat larangan ekspor sementara,” sambung Hendra.