Komisi Eropa mengungkapkan rencana bernilai € 195 miliar atau sekitar Rp 2.955 triliun atau Rp 2,95 quadriliun (asumsi kurs Rp 15.155 per euro) untuk menghentikan impor bahan bakar fosil dari Rusia pada 2027.
Rencana itu di antaranya peluncuran lebih cepat energi terbarukan dan penghematan atay konservasi energi dengan beralih ke pasokan gas alternatif. Rancangan ini ditargetkan akan diumumkan pada minggu depan.
Dalam rencana tersebut juga termasuk rekomendasi kebijakan yang dapat diambil negara anggota blok dengan merevisi penggunaan anggaran yang diperuntukkan bagi pemulihan pascapandemi Covid-19 dialihkan untuk transisi energi.
“Komisi Eropa memperkirakan langkah-langkah tersebut membutuhkan investasi € 195 miliar di atas investasi yang sudah dibutuhkan blok tersebut sebelumnya untuk mencapai target iklim 2030, yang dapat menghemat anggaran impor bahan bakar fosil,” kata Komisi Eropa seperti dikutip dari Reuters pada Jumat (13/5).
Menurut rancangan proposal dan pejabat Uni Eropa, untuk mempelopori rencana tersebut, Komisi Eropa sedang mempertimbangkan untuk mengusulkan target yang lebih tinggi untuk energi terbarukan dan efisiensi energi.
Tujuan yang sedang dibahas termasuk target porsi energi terbarukan sebesar 45% pada 2030, alih-alih 40% dalam rencana sebelumnya, dan pengurangan konsumsi energi sebesar 13% di seluruh UE pada 2030 dibandingkan 9% yang ditargetkan sebelumnya.
Di antara proposal lainnya adalah penyesuaian undang-undang UE untuk mempercepat tenggat waktu perizinan untuk beberapa proyek energi terbarukan, dan skema UE baru untuk memulai peluncuran energi surya skala besar dan membangun kembali industri manufaktur surya Eropa.
Komisi Eropa juga akan menguraikan rencana untuk memproduksi 10 juta ton hidrogen terbarukan pada 2030 dan mengimpor 10 juta ton lagi, didukung oleh undang-undang yang mendefinisikan jenis hidrogen yang dapat dihitung sebagai terbarukan.
Uni Eropa juga akan menguraikan potensi untuk meningkatkan impor gas alam cair dari negara-negara lain seperti Mesir, Israel dan Nigeria, ditambah membangun infrastruktur yang dibutuhkan untuk menggantikan impor gas Rusia, yang menurut rancangan dokumen harus dirancang untuk memastikan tidak mengunci emisi yang dapat merusak tujuan perubahan iklim.
Mengutip data Eurostat, Rusia merupakan negara asal impor produk energi terbesar bagi Uni Eropa. Dalam lima tahun terakhir, 33% produk energi di Uni Eropa diimpor dari Rusia.
Pada 2017, nilai impor produk energi Uni Eropa dari Rusia mencapai € 85 miliar. Nilai ini kemudian meningkat menjadi € 101,1 miliar pada 2018, lalu sempat turun menjadi € 88 miliar pada 2019.
Pada 2020, nilai impornya turun menjadi € 52,8 miliar akibat menurunnya kebutuhan energi saat pandemi. Hingga semester I 2021, Uni Eropa sudah mengimpor produk energi senilai € 44,2 miliar.
Berdasarkan jenisnya, minyak bumi jadi impor utama Uni Eropa dari Rusia dengan nilai 24,7 miliar euro. Selanjutnya, gas alam senilai 15 miliar euro dan batu bara senilai 2,1 miliar euro. Simak databoks berikut: