Erick Thohir Cek Pasokan Pertalite dan Solar Pertamina, Ini Hasilnya

ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto/foc.
Menteri BUMN Erick Thohir (kanan) didampingi Senior Vice President Integrated Enterprise Data and Command Center Ignatius Sigit Pratopo (kanan) mengamati layar saat melakukan kunjungan ke Pertamina Integrated Enterprise Data and Command Center (PIEDCC) di Grha Pertamina, Jakarta, Rabu (7/9/2022).
Editor: Lavinda
7/9/2022, 21.16 WIB

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menyampaikan ketersediaan stok Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi Pertalite dan Solar masing-masing berada pada level 17 hari dan 18 hari.

Sementara itu, untuk ketersediaan BBM non-subsidi Pertamax berada pada level 49 hari dan Pertamax Turbo pada level 99 hari. Selanjutnya Dex pada level 76 hari dan Avtur berada pada level 31 hari.

“Kuota atau stok dalam kondisi aman, serta distribusi aman dan tidak bocor, efisien dan efektif,” kata Erick saat meninjau fasilitas Pertamina Integrated Enterprise Data and Command Center (PIEDCC) pada Rabu (7/9).

PIEDCC merupakan sistem yang dibangun Pertamina ini bisa mendeteksi ketersediaan, distribusi, hingga potensi kebocoran BBM secara langsung atau real time.

Erick meninjau PIEDCC di Gedung Grha Pertamina, Jakarta Pusat didampingi oleh Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati. Erick memantau layar besar yang menyajikan kondisi SPBU Pertamina di berbagai wilayah Indonesia dan meninjau langsung data ketersediaan BBM di seluruh Indonesia.

Sementara itu, Nicke menjelaskan, lewat PIEDCC bisa terpantau aliran mulai dari produksi hingga penyaluran BBM ke masyarakat. Bahkan sistem PEDCC bisa memantau langsung potensi kebocoran distribusi di lapangan.

“Ini upaya yang kita lakukan untuk mengurangi losses (kehilangan) baik dari kilang, masuk ke kapal, masuk ke mobil tangki dan masuk ke SPBU. Di SPBU semua tercatat misalnya dari dispenser nomor 5 produknya apa saja yang dikeluarkan. Jadi kalau ada selisih langsung kelihatan,” jelas Nicke.

Sebelumnya diberitakan, Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara menyebut estimasi subsidi energi sekitar Rp650 triliun setelah pemerintah menaikan harga jual Solar dan Pertalite. Hal tersebut sudah termasuk hitungan menggunakan tambahan volume kuota BBM bersubsidi yang baru.
"Kami lihat kalau nanti tambahan kuota berapa lagi yang perlu dikomunikasikan dengan DPR, kalau tidak bisa dialokasikan tahun ini, akan dibayarkan 2023," kata Suahasil Nazara dalam Energy Corner CNBC pada Senin (5/9).

Suahasil menjelaskan, kuota BBM jenis Pertalite saat ini resmi ditambah jadi 29 juta kilo liter (kl) dari posisi awal tahun di angka 23 juta kl. Sementara itu, kuota solar ditambah menjadi 17,4 juta kl dari kuota yang disiapkan 15 juta kl.

"Untuk mengantisipasi gerak aktivitas masyarakat, dan tentu ini kami komunikasikan ke DPR. Penambahan kuota ini di dalam diskusi kami saja, internal. Pertalite dan Solar akan tetap ada dan tersedia," tukas Suahasil

Reporter: Muhamad Fajar Riyandanu