Harga Minyak Melemah Imbas Permintaan Cina yang Lesu

ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/rwa.
k
25/10/2022, 06.44 WIB

Harga Minyak turun pada akhir perdagangan,  Senin (24/10). Tekanan harga minyak dipengaruhi data permintaan dari Cina yang tetap lesu pada September dan penguatan Dolar AS.

Pelemahan harga minyak juga disebakan data aktivitas bisnis AS yang melemah sehingga mengurangi ekspektasi kenaikan suku bunga lebih agresif.

Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Desember kehilangan 24 sen atau 0,3 persen, menjadi US$ 93,26 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange. Sebelumnya harga minyak Brent naik 2,0 persen pekan lalu.

Sementara Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Desember merosot 47 sen atau hampir 0,6 persen, menjadi US$ 84,58 per barel di New York Mercantile Exchange. Pelemahan ini memperpanjang penurunan pekan lalu sekitar 0,7 persen.

Data Bea Cukai Cina menunjukkan bahwa  impor minyak mentah Cina September sebesar 9,79 juta barel per hari. Meskipun lebih tinggi dari Agustus, impor tersebut turun 2 % dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Penurunan permintaan Cina disebabkan penyulingan independen membatasi throughput (tingkat pengolahan kilang) di tengah margin tipis dan permintaan yang lesu.

"Pemulihan baru-baru ini dalam impor minyak tersendat pada September. Penyulingan independen gagal memanfaatkan peningkatan kuota karena penguncian terkait Covid-19 yang sedang berlangsung membebani permintaan," kata analis ANZ dikutip dari Antara, Selasa (25/10).

Ketidakpastian atas kebijakan nol-Covid Cina dan krisis properti merusak efektivitas langkah-langkah pro-pertumbuhan. Namun demikian, pertumbuhan produk domestik bruto kuartal ketiga berada di atas ekspektasi.

Penguatan dolar AS yang sedang berlangsung juga menimbulkan masalah bagi harga minyak. Dolar yang lebih kuat membuat minyak lebih mahal bagi pembeli non-AS.

"Penguatan dolar lebih lanjut akan membebani nilai WTI dengan uji penurunan kami perkirakan di 79,50 dolar AS kemungkinan pada akhir minggu," kata Jim Ritterbusch dari Ritterbusch and Associates

Pada awal Oktober 2022 organisasi negara pengekspor minyak dan aliansinya (OPEC+) mengumumkan bakal memangkas produksi minyak mentah sebanyak 2 juta barel/hari mulai bulan depan.

"Pemimpin de facto OPEC, Arab Saudi, menyatakan pemangkasan produksi minyak diperlukan untuk merespons kenaikan suku bunga bank sentral negara-negara Barat dan melemahnya ekonomi global," lapor Reuters, Rabu (5/10/2022).

Reporter: Antara