SKK Migas mengatakan volume penjualan gas bumi ke Singapura pada kontrak terbaru hingga 2028 mencapai 180 billion british thermal unit per day (BBTUD). Perpanjangan perjanjian jual beli gas (PJBG) mempertimbangkan surplus gas yang belum bisa diserap oleh domestik.
Selain itu, belum siapnya pembangunan pipa dari Betara Gas Plant Wilayak Kerja (WK) Jabung ke Pipa TGI jalur Grissik-Duri. Jalur pipa ini untuk mengalirkan gas dari WK Jabung ke WK Rokan.
"Perpanjangan pasokan gas ekspor ke Singapura Gas Supply Pte Ltd's (GSPL) tahun 2023 adalah 160 BBTUD, selanjutnya 2024-2028 sejumlah 180 BBUTD," kata Sekretaris SKK Migas, Taslim Yunus lewat pesan singkat pada Senin (31/10).
Penjualan gas dari kontrak baru tersebut dapat membantu pengembangan lapangan gas di WK Corridor dan WK Jabung, seperti membangun pengeboran sumur untuk meningkatkan produksi dan mempertahankan pasokan gas.
Pasokan gas tersebut akan bersumber dari Blok Corridor Sumatera Selatan yang didistribusikan lewat jalur pipa. Operator Blok Corridor yakni PT Medco Energi Internasional. Direktur Utama Medco Energi, Hilmi Panigoro, mengatakan mendukung langkah pemerintah soal ekspor gas bumi ke Singapura.
"Kami mendukung pemerintah atas persetujuan alokasi pasokan gas dari Blok Corridor ke Gas Supply Pte Ltd's (GSPL)," kata Hilmi saat dihubungi lewat pesan singkat WhatsApp pada Senin (31/10).
Lebih lanjut, kata Hilmi, perusahaan juga berusaha untuk memenuhi pasokan gas dalam negeri sembari menjalankan kontrak penjualan gas bumi ke Singapura.
Medco juga berusaha untuk memenuhi pasokan gas dalam negeri sembari menjalankan kontrak penjualan gas bumi ke Singapura. Namun, Hilmi enggan menjelaskan besaran harga dan volume penjualan gas dari Blok Corridor ke GSPL. "Setelah akuisisi Corridor, kami yakin MedcoEnergi dapat memenuhi kebutuhan gas baik domestik maupun internasional," ujar Hilmi.
Kementerian ESDM memperpanjang kontrak penjualan gas bumi ke Singapura selama lima tahun hingga 2028. Komitmen tersebut sebelum masa habis kontak pada 2023.
Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto, menjelaskan penurunan volume ekspor gas ke Singapura dilandasi oleh meroketnya permintaan dari para pelaku industri dalam negeri, satu diantaranya datang dari sektor pabrik pupuk. Selain itu, peningkatan permintaan gas bumi juga berasal dari kawasan industri di Jawa Barat.
"Kenapa lebih sedikit? karena permintaan industri dalam negeri meningkat, pupuk juga minta tambah. Kira-kira volumenya 30% sampai 40% di bawah kontrak lama," kata Dwi saat ditemui di Kantor Kementerian ESDM pada Jumat (28/10).
Kendati volume penjualan gas lebih kecil dari kontrak periode sebelumnya, Dwi menyebut harga jual gas pada kontrak terbaru lebih baik karena didorong oleh desakan kebutuhan gas global. "Harganya lebih baik karena gas ke depan akan terus dibutuhkan," ujar Dwi.
Dwi menjelaskan, kesepakatan PJBG terbaru ditarget final pada November tahun ini. "Sebentar lagi final karena kontrak akan berakhir pada 2023," ujarnya.