Pembangunan proyek smelter yang dilakukan PT Freeport Indonesia (PT FI) di kawasan Java Integrated and Industrial Port Estate (JIIPE), Manyar, Gresik, Jawa Timur telah mencapai 51,7 persen. Proyek tersebut ditargetkan selesai konstruksi akhir 2023 dan beroperas Mei 2024.
"Hingga akhir Desember 2022, pembangunan proyek tersebut telah mencapai 51,7 persen dan menelan investasi sekitar 1,63 miliar dolar AS atau setara Rp25 triliun," kata Presiden Direktur PT Freeport Indonesia, Toni Wenas dikutip dari Antara, Sabtu (14/1).
Toni mengatakan bahwa pembangunan ini merupakan wujud PT Freeport Indonesia dalam mendukung kebijakan hilirisasi pemerintah dan sedang melakukan investasi besar dalam pembangunan smelter baru sebagaimana mandat dalam Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK). "Adapun luas total smelter Manyar sekitar 100 hektare," katanya.
Dia mengatakan, smelter Manyar dirancang untuk memiliki kapasitas pengolahan konsentrat tembaga sebesar 2 juta ton per tahun yang menjadikannya sebagai tempat pengolahan tembaga terbesar di dunia.
Hasil pengolahan smelter Manyar akan ditambahkan dengan kapasitas pengolahan smelter yang telah beroperasi, PT Smelting, dengan kapasitas pengolahan 1 juta ton konsentrat tembaga setiap tahun.
"Dengan demikian setelah smelter Manyar beroperasi, Freeport mampu mengolah 3 juta ton konsentrat tembaga per tahun," kata dia.
Smelter Manyar nantinya akan memproduksi katoda tembaga sebesar 550.000 ton per tahun. Smelter tersebut juga dilengkapi dengan pemurnian emas dan perak.
Jadi Ekosistem Kendaraan Listrik
Toni mengatakan, smelter ini akan menjadi bagian penting dalam ekosistem baterai kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) yang sedang dicanangkan pemerintah. Ekosistem electric vehicle itu terdiri dari nikel, kobalt, aluminium, tembaga, grafit dan besi.
"Tentu saja menjadi bagian penting electric vehicle Indonesia dan akan menjadi bagian penting renewable energy yang banyak dibangun di sejumlah negara, karena 65 persen tembaga dunia dipakai untuk menghantarkan listrik," katanya.
Dari segi SDM, Freeport sudah memulai rekrutmen dan pembinaan, sehingga smelter Freeport akan dioperasikan sendiri. Pembangunan ini telah menyerap biaya 1,63 miliar dolar AS atau sekitar Rp25 triliun.
Tony memastikan smelter ini dibangun dengan desain single line atau satu jalur dan menjadi yang terbesar di dunia. Dia berharap total 600.000 ton logam tembaga dapat dikonsumsi oleh industri hilir dalam negeri.
"Industri yang lebih hilir tumbuh lebih baik untuk mendukung ekosistem EV maupun kebutuhan lain dalam negeri. Ini memancing industri hilir tumbuh apabila disertai kebijakan dan promosi yang tepat," tuturnya.
Pemerintah menargetkan pembangunan smelter di subsektor mineral dan batu bara mencapai 53 unit hingga 2024. Nilai investasi untuk pembangunan smelter tersebut diperkirakan mencapai US$ 21,60 miliar atau setara Rp 308.7 triliun (kurs Rp 14.295/US$).
Pembangunan smelter tersebut bakal dilakukan bertahap. Pada 2020, jumlah smelter yang telah dibangun mencapai 19 unit. Jumlah ini terdiri dari 13 smelter nikel, 2 smelter tembaga, 2 smelter bauksit, 1 smelter besi, dan 1 smelter mangan.
Pemerintah memproyeksikan ada tambahan empat smelter baru yang beroperasi pada tahun ini, sehingga jumlahnya menjadi 23 unit. Setahun kemudian, smelter yang ditargetkan beroperasi sebanyak 28 unit. Jumlah smelter pun ditargetkan menjadi 53 unit pada 2023 dan 2024.