Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Nicke Widyawati memastikan perusahaan menjadi satu-satunya pihak yang akan menggantikan Shell di Proyek Abadi LNG Blok Masela. Pertamina bakal bekerja sama dengan Inpex Corporation sebagai operator sekaligus pemegang saham mayoritas Blok Masela.
Nicke juga menepis adanya kabar yang menginformasikan perusahaan bakal membentuk konsorsium dengan perusahaan migas asal Malaysia, Petronas. "Belum ada rencana itu. Jadi Pertamina masuk dulu sendiri," kata Nicke di Hotel Fairmont Jakarta pada Kamis (26/1).
Pertamina sejauh ini masih melakukan uji tuntas atau due diligence dengan mempelajari data yang dikirim oleh Shell. Nicke juga menyebut bahwa perusahaan juga telah menyampaikan dokumen penawaran kepada Shell sebagai persyaratan pengambilalihan 35% saham hak partisipasi pengelolaan Proyek Abadi LNG Blok Masela.
"Semua masih proses, Pertamina sudah menyampaikan offering-nya juga dan ada beberapa data yang dikirim, ini sedang kami studi lagi," ujar Nicke.
Informasi mengenai Pertamina yang diputuskan menjadi kandidat tunggal terkait pengambilalihan 35% saham hak partisipasi pengelolaan ladang gas Blok Masela dari Shell juga disiarkan oleh Menteri ESDM Arifin Tasrif.
Arifin mengatakan, proses alih aset blok proyek gas alam cair yang terletak di Kabupaten Kepulauan Tanimbar, Maluku tersebut sudah memasuki tahap final.
"Sudah final dengan Pertamina mungkin ya. Pertamina sementara sendirian, karena yang masuk lebih dulu itu Pertamina," kata Arifin saat ditemui di Kantor Kementerian ESDM pada Jumat (6/1).
Meski sudah ditetapkan sebagai tokoh tunggal dalam proses akuisisi 35% saham milik Shell itu, Pertamina kemungkinan besar akan membentuk konsorsium yang terdiri dari dua atau tiga perusahaan migas.
Nantinya, konsorsium tersebut akan berkolaborasi dengan Inpex Corporation sebagai operator sekaligus pemegang saham mayoritas Blok Masela.
Arifin mengatakan, sejuah ini sudah ada beberapa perusahaan asing yang menghubungi pemerintah untuk meminta data proyek Blok Masela. Satu diantaranya yakni perusahaan migas asal Tiongkok, PetroChina. "Tapi juga ada beberapa perusahaan yang minta data, itu dari Cina," ujar Arifin.