Vale Diminta Prioritaskan Serapan Gas Domestik untuk Smelter Morowali

Katadata/Muhammad Fajar Riyandanu
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto didampingi Direktur Utama PT Vale Indonesia Febriany Eddy melakukan peletakan batu pertama atau groundbreaking proyek smelter nikel di Bahadopi, Sulawesi Tengah, Jumat (10/2).
11/2/2023, 08.36 WIB

Pemerintah mendorong PT Vale Indonesia Tbk (VALE) agar menggunakan sumber gas domestik untuk suplai gas alam cair (LNG) di smelter nikel di Desa Bahomotope, Kecamatan Bahadopi, Morowali, Sulawesi Tengah. Dalilnya, Indonesia dalam waktu dekat mampu memproduksi LNG secara masif lewat beroperasinya proyek Tangguh Train 3 pada Maret 2023.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, mengatakan proyek LNG Tangguh Train 3 yang terletak di Teluk Bintuni, Papua Barat nantinya akan menjadi pemasok LNG untuk keperluan pabrik atau industri di dalam negeri.

"Pemerintah punya proyek LNG di Bintuni yang diharapkan bisa mengalokasikan proyek-proyek di dalam negeri," kata Airlangga saat ditemui wartawan setelah agenda groundbreaking Smelter Bahodopi pada Jumat (10/2). 

Proyek Train Tangguh 3 dijalankan oleh British Petroleum atau BP dengan kapasitas produksi 3,8 metrik ton per tahun. Proyek ini dikembangkan berdasarkan persetujuan rencana pengembangan II, dengan nilai investasi dapat mencapai US$ 11 miliar atau setara Rp 159 triliun. 

Hasil produksi Train 3 yang ditargetkan rampung Maret 2023 akan diprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan gas domestik. Hal ini termasuk untuk kebutuhan pembangkit listrik PT PLN. Adapun smelter nikel tersebut diprediksi membutuhkan gas alam cair (LNG) sebanyak 22 juta British Thermal Unit (mmBtu) per tahun yang menghasilkan daya 500 megawatt (MW) untuk memenuhi 28% kebutuhan listrik smelter.

"Diharapkan kapasitas LNG Bintuni akan meningkat seiring jangka waktu operasinya tambang. Operasi produksi gas itu diharapkan bisa mengalokasikan proyek di dalam negeri," ujar Airlangga.

Selain proyek Tangguh LNG di Bintuni, Airlangga juga memberi perhatian pada sumber gas dari Blok Masela. Meski belum berproduksi, keberadaan Blok Masela dinilai bisa menjadi pemasok utama untuk pengadaan gas industri di dalam negeri.

"Yang kedua pemerintah masih punya proyek di Blok Masela, namun proyeknya ini membutuhkan waktu untuk membangun, sehingga tentu pengalokasian gas sesuai dengan ketersediaan dari suplainya," kata Airlangga.

Sebelumnya, Vale telah melaksanakan seremoni peletakan batu pertama atau groundbreaking pengerjaan smelter berteknologi Rotary Kiln-Electric Furnace (RKEF) dan diproyeksikan membutuhkan waktu 2,5 tahun.

Smelter Bahodopi merupakan proyek kerja sama antara Vale dengan Taiyuan Iron & Steel Limited (TISCO) dan Shandong Xinhai Technology. Pabrik pengolahan bijih nikel ini nantinya akan menerima suplai bahan baku dari tambang Vale yang berlokasi di Kecamatan Bungku Timur, Morowali.

Proyek smelter dengan nilai investasi sekitar Rp 37 triliun itu sanggup mengolah 73.000 metrik ton nikel per tahun. Smelter Bahodopi merupakan proyek kerja sama antara Vale dengan Taiyuan Iron & Steel Limited (TISCO) dan Shandong Xinhai Technology. Pabrik pengolahan bijih nikel ini nantinya akan menerima suplai bahan baku dari tambang Vale yang berlokasi di Kecamatan Bungku Timur, Morowali.

"Proyek ini adalah pabrik smelter hijau pertama yang saya lihat, basisnya LNG. Lokasi smelter ini juga dekat dengan lokasi bahan baku itu berada," ujar Airlangga.

Reporter: Muhamad Fajar Riyandanu