Harga minyak lebih dari 1% setelah bank sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve atau The Fed, menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin. Ketua Fed Jerome Powell menegaskan kembali komitmen untuk mengendalikan inflasi, mengindikasikan kenaikan suku bunga lebih lanjut.
Harga Brent turun 80 sen atau 1% menjadi US$ 75,89 per barel, sedangkan minyak mentah AS West Texas Intermediate (WTI) turun 84 sen atau 1,2% ke US$ 70 per barel. Kedua harga minyak acuan dunia ini telah naik lebih dari 4,5% dengan Brent sempat mendekati US$ 70 dan WTI turun ke US$ 66 per barel.
Sebelumnya, harga minyak merosot dari level US$ 80 per barel yang dipicu gejolak di sektor perbankan setelah dua bank AS, Silicon Valley Bank dan Signature Bank, kolaps. Pasar khawatir kegagalan dua bank tersebut dapat memicu krisis keuangan baru yang lebih luas.
“Pedagang energi tidak mengharapkan jatuhnya bank terbesar ke-16 di Amerika (SVB) yang memicu gelombang penghindaran risiko utama yang mengirim harga minyak mentah Brent di bawah level US$ 80 per barel,” kata analis pasar Oanda, Edward Moya, dikutip Kamis (23/3).
Meski begitu Powell meyakinkan investor bahwa kolapsnya SVB dan Signature Bank bukan sebagai indikasi adanya kelemahan yang luas pada sistem perbankan AS.
Pernyataan Powell juga didukung oleh Federal Open Market Committee (FOMC) yang menyatakan sistem perbankan AS sehat dan tangguh. “Ini bukan kelemahan yang luas pada sistem perbankan Amerika,” kata Powell.
Powell juga mengatakan bahwa tekanan industri perbankan dapat memicu krisis kredit dengan implikasi yang signifikan terhadap ekonomi yang diproyeksikan oleh pejabat bank sentral AS akan lebih lambat tahun ini daripada yang diperkirakan sebelumnya.
Sementara itu, Menteri Keuangan AS Janet Yellen mengatakan kepada anggota parlemen bahwa dia belum mempertimbangkan atau membahas “blanket insurance” untuk seluruh simpanan perbankan AS tanpa persetujuan Kongres untuk membendung gejolak yang disebabkan kegagalan SVB dan Signature Bank.
Krisis bank telah menyebabkan volatilitas perdagangan aset berisiko seperti minyak selama seminggu terakhir karena investor menunggu keputusan Fed tentang kenaikan suku bunga pada Rabu (22/3).
Komite penetapan kebijakan bank sentral menaikkan suku bunga seperempat poin persentase lagi dalam keputusan bulat, menaikkan suku bunga acuan ke kisaran 4,75% hingga 5,00%.
Tetapi dengan melakukan itu, ia mengubah pandangannya dari keasyikan hawkish dengan inflasi menjadi sikap yang lebih hati-hati untuk memperhitungkan fakta bahwa perubahan perilaku bank mungkin memiliki dampak yang setara dengan kenaikan suku bunga Fed sendiri.