Pemerintah Amerika Serikat menerbitkan Undang-Undang Pengurangan Inflasi atau Inflation Reduction Act (IRA) yang mengucilkan nikel asal Indonesia dari kebijakan subsidi kendaraan listrik. Direktur Utama PT Indonesia Battery Corporation (IBC), Toto Nugroho, menyatakan tak khawatir aturan tersebut berpengaruh terhadap kelanjutan pengembangan ekosistem baterai kendaraan listrik nasional.
Toto menyatakan telah mengunci komitmen investasi hilirisasi nikel menjadi baterai kendaraan listrik dari LG Energy Solution (LGES) dan perusahaan asal Cina, Ningbo Contemporary Brunp Lygend (CBL). Sehingga, baterai kendaraan listrik akan terserap.
IBC menargetkan penjualan motor roda dua berbasis listrik sebanyak 15.000 unit pada 2023. “Sebetulnya distribusi untuk pasar domestik cukup besar,” kata Toto, Kamis (13/4).
Regulasi IRA yang terbit pada Agustus 2022 itu memberikan insentif total US$ 369 miliar kepada perusahaan yang bersedia mengembangkan teknologi energi bersih di AS. Aturan tersebut juga ditujukan untuk menjaga ketahanan energi domestik AS sekaligus menekan dampak perubahan iklim. Insentif IRA juga berhasil mendatangkan beberapa perusahaan mineral pertambangan untuk berinvestasi di negeri Paman Sam.
Toto optimistis komitmen investasi pada hilirisasi mineral nikel domestik, khususnya pada pengembangan baterai kendaraan listrik akan terus berjalan.
Hal tersebut diperkuat oleh langkah Antam yang telah menyampaikan target kesepakatan transaksi penjualan bijih nikel lewat anak usaha perseroan, PT Sumberdaya Arindo (SDA), untuk proyek patungan baterai kendaraan listrik dengan Ningbo Contemporary Brunp Lygend (CBL), terealisasi paling lambat pada Oktober tahun ini.
“Serapan domestik baterai kita itu besar, jadi para investor percaya diri untuk melakukan investasi. Mereka lebih banyak melihat pasar domestik ketimbang ekspor,” ujar Toto.
Sejumlah perusahaan pun rela menarik komitmen investasi di sebuah negara demi memeroleh insentif bisnis yang ditawarkan oleh AS melalui pemberian stimulus IRA. Satu diantaranya adalah Air Products and Chemicals Inc yang mundur dari dua proyek hilirisasi batu bara bersama PT Bukit Asam dan PT Kaltim Prima Coal.
Sebelumnya, Menteri ESDM Arifin Tasrif menjelaskan penyebab mundurnya Air Products and Chemicals Inc dari dua proyek hilirisasi batu bara di tanah air. "Karena AS sedang mendorong untuk pemakaian hidrogen, mereka merasa di AS lebih menarik bisnisnya. Di AS ada subsidi untuk EBT, ada proyek yang lebih menarik untuk hidrogen," kata Arifin saat ditemui di Kantor Kementerian ESDM pada Jumat (17/3).
Melalui IRA, pemerintah AS menggelontorkan US$ 369 miliar untuk menjaga ketahanan energi nasional sekaligus menekan dampak perubahan iklim. IRA juga mengatur kemudahan kredit investasi untuk pengembangan proyek dan teknologi penyimpanan hidrogen.