SKK Migas Prediksi Harga Minyak Berada di US$ 80 per Barel Tahun Ini
SKK Migas memperkirakan harga minyak mentah dunia berada di kisaran US$ 65 per barel hingga lebih dari US$ 98 per barel untuk periode 2023. Namun, SKK menyebutkan level US$ 80-an sebagai acuan referensi harga minyak tahun ini.
Prediksi tersebut merupakan hasil perhitungan tiga skenario harga minyak yang dipengaruhi oleh kondisi ekonomi-politik global. Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto, mengatakan harga bakal menyentuh level US$ 98 per barel jika pasokan turun akibat hilangnya ekspor minyak Rusia di saat permintaan melonjak
"Hal ini tentu membuat dinamika harga minyak dan gas sangat tinggi dan susah ditebak," kata Dwi dalam konferensi pers Kinerja Hulu Migas Kuartal I tahun 2023, Senin (17/4).
SKK Migas juga merilis skenario harga minyak mentah berada di kisaran harga US$ 65 per barel hingga US$ 75 per barel. Kondisi tersebut berasal dari dampak perlambatan ekonomi yang berdampak permintaan minyak di dunia hanya tumbuh di bawah 1 juta barel per hari.
"Amerika Serikat sempat melepas cadangan minyaknya, tapi di satu sisi OPEC+ memotong produksinya. Sehingga harga minyak yang sempat turunkembali ke kisaran US$ 85 per barel," ujar Dwi.
Harga minyak juga diprediksi berada di rentang harga US$ 80 per barel hingga US$ 90 per barel yang dipengaruhi oleh meningkatnya permintaan dan pertumbuhan ekonomi Cina. Selain itu, langkah OPEC+ untuk mengelola pasokan minyak untuk mendukung harga pasar juga berimplikasi pada fluktuasi harga.
SKK Migas juga menyebut faktor lainnya seperti penurunan produksi minyak Rusia hingga pertumbuhan produksi minyak Amerika Serikat yang melambat. "Dalam beberapa tahun ke depan, angka US$ 80-an ini akan menjadi referensi kami melihat harga minyak ke depan," kata Dwi.
Awal bulan ini, Arab Saudi dan produsen minyak OPEC+ lainnya mengumumkan pengurangan produksi minyak sekitar 1,16 juta barel per hari. Berdasarkan perhitungan Reuters, komitmen tersebut membuat total volume produksi yang akan dipangkas oleh OPEC+ menjadi 3,66 juta barel per hari. Ini setara dengan 3,7% dari permintaan global.
Kementerian Energi Saudi mengatakan, pemangkasan produksi secara sukarela adalah tindakan pencegahan yang bertujuan mendukung stabilitas pasar minyak.