SKK Migas menyampaikan bahwa langkah Pertamina dan Petronas untuk mengakuisisi 35% saham yang dilepas oleh Shell pada pengelolaan Proyek Abadi LNG Blok Masela belum final. Proses tersebut terkendala negosiasi kesepakatan harga antara konsorsium dengan Shell.
Konsorsium Pertamina dan Petronas juga terus melakukan negosiasi dengan Shell untuk segera merampungkan pembelian 35% hak partisipasi sebelum melewati batas target maksimal yang ditetapkan oleh pemerintah pada paruh pertama tahun ini.
Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto, menyampaikan bahwa kemajuan negosiasi berjalan ke arah yang positif. Menurutnya, pembicaraan divestasi saham kian menuju kata sepakat seiring sikap Shell yang mulai bisa berkompromi dengan tawaran harga yang diajukan oleh konsorsium Pertamina dan Petronas.
"Sudah pasti kalau negosiasi itu harganya yang belum ketemu. Namun selisih harganya sudah semakin mengecil," kata Dwi di Kementerian ESDM pada Senin (15/5).
Meski sudah ada kabar lanjutan ihwal proses alih aset Blok Masela, Dwi enggan menyampaikan besaran nilai transaksi dari proses pengambilalihan 35% saham hak partisipasi proyek tersebut karena proses negosiasi bisnis masih berlangsung. "Kami harapkan semester I ini sudah bisa deal negosiasi antara Shell dan Pertamina," ujar Dwi.
SKK Migas pernah menyampaikan bahwa Pertamina perlu menyiapkan US$ 1,4 miliar atau setara Rp 21 triliun untuk mengakuisisi 35% PI Shell di Blok Masela. Besaran itu menghitung pengeluaran Shell saat mengelola Blok Masela, yakni US$ 875 juta untuk PI 35% dan US$ 700 juta untuk investasi.
Direktur Jenderal Migas Kementerian ESDM, Tutuka Ariadji, mengatakan Pertamina dan Petronas kini sedang dalam proses untuk menyepakati rencana pengembangan atau Plan of Development (PoD) bersama SKK Migas.
Satu poin utama yang dibahas dalam PoD tersebut adalah implementasi teknologi penangkapan dan penyimpanan karbon atau Carbon Capture and Storage (CCS). Adanya tambahan fasilitas CCS di Proyek LNG Masela berdampak pada biaya proyek yang membengkak sebesar US$ 1,4 miliar atau Rp 21 triliun.
Juru bicara Pertamina, Fadjar Djoko Santoso, menyampaikan bahwa perseroan sebagai perusahaan migas nasional terus mengkaji seluruh kesempatan yang ada, termasuk pengembangan Blok Masela untuk meningkatkan produksi dan sumber daya migas demi menjaga ketahanan energi nasional.
"Sehubungan proses yang masih berlangsung. Pembentukan konsorsium masih proses, nanti akan disampaikan," kata Djoko lewat pesan singkat pada Senin (10/4).
Djoko menambahkan, Pertamina selalu mencari peluang pada proyek pengembangan migas potensial untuk mendongkrak pasokan energi domestik. Namun, pada proyek ladang gas tersebut, Pertamina masih terus melakukan hitungan strategis.
"Karena semua masih dalam proses jadi informasinya masih terbatas, kami masih belum bisa berkomentar banyak," ujar Djoko.