3 Perusahaan Eropa Akan Investasi Baterai Listrik di Sulsel dan Papua

123RF.com/malp
Ilustrasi baterai lithium-ion
31/5/2023, 13.50 WIB

Menteri Investasi Bahlil Lahadalia mengatakan akan ada investasi baru terkait produksi baterai kendaraan listrik atau EV di dalam negeri. Bahlil mencatat ada tiga investor yang berkolaborasi dalam membangun fasilitas produksi terintegrasi sekitar Rp 134,7 triliun.

Bahlil mengatakan investasi tersebut akan menghasilkan fasilitas produksi terintegrasi dari pertambangan hingga produksi baterai EV. Nikel untuk produksi baterai tersebut akan dipasok dari Papua.

"Arahan Bapak Presiden jelas, September semua sudah selesai administrasi dan sudah mulai groundbreaking," kata Bahlil di Istana Kepresidenan, Rabu (31/5).

Ketiga investor yang dimaksud Bahlil adalah Glencore Ltd dari Swiss, EVision International dari Inggris, dan Umicore dari Belgia. Bahlil menyebut potensi investasi dalam pembangunan pabrik terintegrasi tersebut mencapai US$ 9 miliar.

Bahlil mengatakan pabrik tersebut akan didirikan di Kawasan Industri Bantaeng, Sulawesi Selatan. Kawasan tersebut fokus menggunakan energi hasil pembangkit listrik tenaga angin. 

Kawasan Industri Bantaeng tercatat seluas 3.000 hektar dan dijadwalkan mulai beroperasi pada 2022. Adapun, pembangunan Kawasan Industri Bantaeng dimulai sejak 2015.

Bahlil menyampaikan ketiga investor tersebut akan bermitra dengan PT Aneka Tambang Tbk. Pabrik tersebut dapat memiliki kapasitas produksi baterai EV hingga 20 gigawatthour pada tahap pertama. 

"Fokus ke pasar ekspor untuk Eropa. Ini kan EVision dari Inggris, dia akan jadi hub untuk Eropa," kata Bahlil.

Sebelumnya, ada pula investasi yang masuk dari perusahaan asal Korea, LG, dengan nilai investasi US$ 8,9 miliar. Selanjutnya ada perusahaan asal Cina, Contemporary Amperex Technology Co Limited atau CATL dengan investasi US$ 5,2 miliar.

Ada juga beberapa perusahaan otomotif Eropa yang telah sepakat untuk berinvestasi di sektor produksi kendaraan listrik. Seperti dua perusahaan asal Jerman, Volkswagen dan BASF.

Reporter: Andi M. Arief