Harga Minyak Naik Usai Arab dan Rusia Perpanjang Pengurangan Produksi

Katadata
Ilustrasi kilang minyak.
Penulis: Happy Fajrian
3/7/2023, 18.37 WIB

Harga minyak dunia naik nyaris 1% usai Arab Saudi dan Rusia mengumumkan pengurangan produksi minyak untuk Agustus di tengah kekhawatiran atas perlambatan ekonomi global dan potensi kenaikan suku bunga Amerika Serikat (AS) lebih lanjut.

Arab Saudi pada Senin (3/7) menyatakan akan memperpanjang pemotongan produksi secara sukarela sebesar 1 juta barel per hari (bph) untuk satu bulan lagi termasuk Agustus.

Sementara itu Rusia, yang tengah berusaha untuk menaikkan harga minyak dunia bersama Arab Saudi, akan mengurangi ekspor minyaknya sebesar 500 ribu bph pada Agustus, yang berpotensi memperketat pasokan global lebih lanjut.

Baik Arab Saudi maupun Rusia telah berusaha mendorong harga minyak. Brent telah turun dari level US$ 113 per barel yang dicapai tahun lalu, yang disebabkan kekhawatiran perlambatan ekonomi dan pasokan yang ketat dari negara-negara produsen utama.

Minyak mentah Brent hari ini naik 0,9% menjadi US$ 76,09 per barel setelah pada Jumat naik 0,8%. Sedangkan minyak West Texas Intermediate (WTI) naik hampir 1% menjadi US$ 71,33 setelah pada sesi sebelumnya naik 1,1%.

“Investor berubah optimis ketika paruh kedua tahun ini dimulai; mereka memperkirakan neraca minyak yang lebih ketat dan ekuitas yang kuat juga menunjukkan bahwa resesi akan dihindari, meskipun mungkin secara tipis,” kata analis PVM Tamas Varga seperti dikutip Reuters.

Harga minyak sempat jatuh pada awal sesi perdagangan hari ini setelah aktivitas manufaktur zona euro berkontraksi lebih cepat dari perkiraan semula pada bulan Juni, dengan pengetatan kebijakan berkelanjutan oleh Bank Sentral Eropa menekan keuangan.

Kekhawatiran perlambatan ekonomi lebih lanjut mengurangi permintaan bahan bakar telah tumbuh pada hari Jumat karena inflasi AS terus melampaui target 2% bank sentral dan memicu ekspektasi akan menaikkan suku bunga lagi.

Suku bunga yang lebih tinggi dapat memperkuat dolar, membuat komoditas seperti minyak lebih mahal bagi pembeli yang memegang mata uang lain.

Sementara pertumbuhan aktivitas pabrik di Cina, importir minyak mentah terbesar dunia, juga melambat pada bulan Juni karena sentimen dan perekrutan mereda dalam kondisi pasar yang lesu, menurut survei sektor swasta Caixin/S&P Global.