Jalan Panjang Pengembangan Blok Ambalat di Tengah Sengketa RI-Malaysia

Pertamina Hulu Energi
Ilustrasi blok migas.
5/7/2023, 11.32 WIB

Rencana pemerintah untuk menjalin kerja sama desk study Blok Ambalat dengan perusahaan migas asal Malaysia, Petronas, mendapat sambutan positif dari pakar hingga praktisi sektor hulu migas.

Mereka berpendapat, kolaborasi tersebut mampu meredam konflik sengketa berkepanjangan di area Blok migas yang terletak di perairan Sulawesi, tepat di perbatasan antara Kalimantan Timur dan Sabah.

Selain itu, kerja sama telaah dokumen Blok Ambalat juga dapat memberikan manfaat bagi pemerintah, khususnya Pertamina. Kolaborasi desk study diharap dapat memberikan pengalaman dan gambaran perihal pengelolaan aset migas secara menyeluruh.

Hal tersebut beralasan mengingat strategi Pertamina saat ini yang lebih banyak mengelola lapangan migas terminasi peninggalan perusahaan asing, seperti Blok Rokan dan Attaka warisan Chevron, Blok Mahakam peninggalan Total, serta Blok Sanga-Sanga Kalimantan Timur sepeninggalan Virginia Indonesia atau Vico.

Ketua Komite Investasi Asosiasi Perusahaan Migas Nasional (Aspermigas), Moshe Rizal, mengatakan bahwa kerja sama pengembangan migas dari nol merupakan langkah positif yang perlu mendapatkan atensi serius.

Kendati demikian, tindak lanjut dari hasil desk study tersebut harus kembali dikaji secara komprehensif. Pasalnya, Pertamina kini sudah banyak dibebani penugasan untuk menaikan lifting minyak pada blok terminasi sekaligus didorong untuk berperan aktif dalam alih aset Blok LNG Masela.

"Kerja sama awal antara Pertamina dan Petronas sisi positifnya dari aspek geopolitik untuk menyelesaikan lapangan di daerah sengketa," kata Moshe kepada Katadata.co.id saat dihubungi lewat sambungan telepon pada Rabu (5/7).

Menurut Moshe, Blok Ambalat punya potensi hidrokarbon besar yang belum pernah diangkut. Blok laut seluas 15.235 km persegi itu mengandung potensi minyak dan gas yang ditaksir mampu bertahan hingga tiga puluh tahun ke depan.

"Namun untuk pengembangan lanjutan harus pikir dua kali. Karena Pertamina juga diminta untuk masuk ke proyek besar seperti Masela. Belum lagi mereka didorong untuk peningkatan produksi di Rokan dan Mahakam," ujar Moshe.

Peluang Kolaborasi Pertamina - Petronas Selesaikan Sengketa

Kementerian ESDM mencatat di area Ambalat terdapat blok East Ambalat yang dioperasikan oleh Pertamina Hulu Energi (PHE) East Ambalat. Namun, batas blok East Ambalat yang ditentukan oleh Pemerintah Indonesia tumpang tindih dengan batas blok Shell Malaysia.

Sehingga, meskipun telah dimiliki oleh PHE East Ambalat sejak tahun 2016, kondisi politik menyebabkan PHE East Ambalat tidak bisa melakukan kegiatan eksplorasi apapun di area ini.

Adapun Blok East Ambalat secara geologi berada di Cekungan Tarakan, perairan laut dalam Kalimantan Utara, dengan jarak kurang lebih 80 kilometer di sebelah Timur Kota Tarakan dengan kedalaman air laut berkisar 2.000 meter, mencakup area seluas 4.735 kilometer persegi.

Presiden Joko Widodo dan Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim menandatangani perjanjian mengenai perbatasan di Selat Malaka dan Laut Sulawesi pada Kamis, 8 Juni lalu.

Kementerian Luar Negeri Malaysia menyatakan kesepakatan itu tidak memasukan wilayah Zona Ekonomo Eksklusif (ZEE) dan pelantar benua antara Malaysia dan Indonesia.

Sehingga, kesepakatan itu tidak mencakup wilayah yang dirujuk Malaysia sebagai Blok ND6 dan Blok ND7 atau yang disebut Indonesia sebagai Blok Ambalat. "Oleh yang demikian, dakwaan-dakwaan yang dibuat (mengenai Ambalat) tidak berasas," dalam siaran pers yang diterbitkan pada 20 Juni 2023.

Pakar Ekonomi Energi Universitas Gadjah Mada (UGM), Fahmy Radhi, menilai proyek kerja sama desk study antara Pertamina dan Petronas bisa menjadi gerbang rekonsiliasi yang membuka peluang pengembangan Blok Ambalat.

"Langkah awal yang bagus untuk mencari potensi migas secara komersial. Barangkali menjadi pintu masuk untuk perundingan dalam menentukan posisi Indonesia dan Malaysia di Ambalat," kata Fahmy saat dihubungi terpisah.

Fahmy menjelaskan, desk study merupakan rangkaian studi geologi yang dilakukan tanpa harus datang ke lokasi. Kajian tersebut cukup menggunakan data-data yang sudah eksis, seperti data seismik dan data pengeboran sejumlah lapangan yang letaknya berada di sekitar Blok Ambalat.

"Ini untuk memproyeksikan apakah akan menghasilkan minyak atau gas dalam jumlah berapa tahun," ujar Fahmy.

Direktur Jenderal Migas Kementerian ESDM, Tutuka Ariadji, mengatakan bahwa pelaksanaan desk study Blok Ambalat akan segera berjalan pada tahun ini. Menurutnya satu diantara objek yang ingin dikaji adalah kondisi struktur bawah bumi Blok Ambalat.

"Dalam beberapa bulan mungkin sudah bisa mulai," ujarnya di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, pada Senin (3/7).

Apabila hasil desk study menunjukan kabar positif, potensi migas Blok Ambalat bakal dimanfaatkan untuk kebutuhan modal dan kapital dalam mengerjakan proyek transisi energi. Modal tersebut bisa didapatkan dari eksploitasi maksimal pada potensi migas yang berada di dalam tanah.

Lebih lanjut, kata Tutuka, pemerintah melihat potensi migas yang tertimbun di Blok Ambalat. Potensi kandungan hidrokarbon itu diharap bisa menjadi pasokan energi domestik demi menjaga ketahanan energi nasional.

"Yang jadi konsen kami adalah bagaimana mengeksplor secepatnya. Memang masih perlu waktu 5 sampai 10 tahun untuk eksplorasi. Kalau tidak, maka potensi sumberdaya bisa tertimbun selamanya," kata Tutuka.

Reporter: Muhamad Fajar Riyandanu