IEA: Nasib Permintaan dan Harga Minyak ada di Tangan Ekonomi Cina

ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/rwa.
Pekerja Seapup 1 Pertamina Hulu Energi (PHE) Offshore North West Java (ONWJ) memeriksa instalasi saat perawatan salah satu sumur minyak dan gas di lepas pantai utara Indramayu, Laut Jawa, Jawa Barat, Minggu (2/4/2023).
Penulis: Happy Fajrian
24/7/2023, 12.40 WIB

Badan Energi Internasional (IEA) akan merevisi proyeksi pertumbuhan permintaan dan harga minyak berdasarkan prospek pertumbuhan ekonomi Cina dan beberapa negara lain.

Direktur Eksekutif IEA Fatih Birol juga menegaskan kembali pandangan IEA bahwa pasar minyak global diperkirakan akan mengetat pada paruh kedua tahun 2023.

“Revisi permintaan dan harga sangat bergantung pada pertumbuhan banyak negara di paruh kedua, tetapi terutama prospek pertumbuhan ekonomi Cina,” ujarnya pada pertemuan para menteri energi G20 di India beberapa waktu lalu, dikutip dari Reuters Senin (24/7).

Dia menambahkan bahwa ada potensi penurunan permintaan minyak global pada proyeksi terbaru dari IEA. “Tapi ada juga kemungkinan merevisi naik, jadi kita akan melihat bagaimana prospek ekonomi Cina akan terlihat. Tapi bagaimanapun akan ada pengetatan di paruh kedua 2023,” ujarnya.

Adapun harga minyak turun pada perdagangan awal pekan ini karena trader menunggu lebih banyak sinyal kenaikan suku bunga dari bank sentral Amerika Serikat (AS) dan Eropa. Pengetatan pasokan dan stimulus ekonomi Cina diharapkan dapat menopang harga Brent di atas level US$ 80 per barel.

Minyak Brent terpantau turun US$ 0,16 atau 0,2% menjadi US$ 80,19 per barel, sedangkan minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) turun US$ 0,17 menjadi US$ 76,90 per barel. Analis memperkirakan kenaikan suku bunga Fed dan bank sentral lainnya minggu ini dapat mendorong volatilitas harga minyak jangka pendek.

“Kami memperkirakan pengetatan kondisi pasar pada pengurangan pasokan OPEC dan peningkatan spekulasi pasar pada stimulus lebih lanjut di Cina akan terus mendorong harga lebih tinggi hingga kuartal III 2023,” ujar analis National Australian Bank dalam sebuah catatan.

Pelaku pasar juga mengharapkan Beijing untuk menerapkan langkah-langkah stimulus yang ditargetkan untuk mendukung ekonominya yang lesu, kemungkinan meningkatkan permintaan minyak di konsumen nomor dua dunia itu.

Perencana negara Cina pada hari Senin meluncurkan langkah-langkah untuk mempromosikan, mendorong dan memacu investasi swasta di beberapa sektor infrastruktur, dan mengatakan juga akan memperkuat dukungan pembiayaan untuk proyek-proyek swasta.

Mengenai pasokan, Menteri Energi Uni Emirat Arab Suhail al-Mazrouei mengatakan pada hari Jumat bahwa tindakan OPEC+ untuk mendukung pasar minyak sudah cukup untuk saat ini dan grup tersebut "hanya berjarak satu panggilan telepon" jika diperlukan langkah lebih lanjut.