Harga Minyak Naik 1,7% Imbas Pengetatan Pasokan, WTI Sentuh US$ 80

ANTARA FOTO/M Ibnu Chazar
Petugas beraktifitas di sekitar Rig (alat pengebor) elektrik D-1500E di Daerah operasi pengeboran sumur JST-A2 Pertamina EP Asset 3, Desa kalentambo, Pusakanagara, Subang, Jawa Barat, Selasa (4/2/2020).
Penulis: Happy Fajrian
28/7/2023, 07.26 WIB

Harga minyak naik cukup tinggi pada Kamis (27/7) dengan Brent menyentuh level US$ 84 per barel untuk pertama kalinya sejak April, dipicu pengetatan pasokan imbas pemangkasan produksi OPEC+ dan sinyal bullish baru dari prospek permintaan Cina dan pertumbuhan ekonomi global.

Minyak mentah telah membukukan kenaikan harga dalam empat pekan berturut-turut didorong oleh ekspektasi pengetatan pasokan imbas pemangkasan produksi oleh OPEC dan sekutunya, yang lebih dikenal dengan OPEC+, serta penurunan produksi di sejumlah produsen lain.

Harga minyak Brent naik US$ 1,32 atau 1,6% menjadi US$ 84,35 per barel, sementara West Texas Intermediate (WTI) naik US$ 1,31 atau 1,7% menjadi US$ 80,09 per barel.

“Kita melihat pasar minyak yang undersupplied,” kata analis dari UBS dalam laporannya yang dikutip Reuters Jumat (28/7). “Kami mempertahankan outlook positif dan memprediksikan Brent naik ke US$ 85-90 per barel dalam beberapa bulan ke depan”.

Sebelumnya harga minyak turun pada Rabu setelah data menunjukkan persediaan minyak mentah AS turun kurang dari yang diharapkan dan Federal Reserve AS menaikkan suku bunga sebesar seperempat poin persentase, membuka jalan untuk kenaikan lainnya.

Selera risiko di pasar keuangan yang lebih luas didorong oleh meningkatnya ekspektasi bahwa bank sentral seperti The Fed mendekati akhir kampanye pengetatan kebijakan, yang akan meningkatkan prospek pertumbuhan global dan permintaan energi.

Ekonomi AS tumbuh lebih besar dari yang diharapkan 2,4% pada kuartal terakhir, karena ketahanan pasar tenaga kerja mendukung belanja konsumen, sementara bisnis meningkatkan investasi dalam peralatan, berpotensi mencegah resesi.

“Dengan kenaikan suku bunga baik pada atau mendekati puncak di tengah meningkatnya pandangan bahwa resesi akan dihindari, aset berisiko seperti minyak menjadi semakin menarik,” kata Jim Ritterbusch, Presiden Ritterbusch and Associates di Galena, Illinois.

Bank Sentral Eropa menaikkan suku bunga untuk kali kesembilan berturut-turut pada Kamis. Sementara pemerintah Cina berjanji untuk meningkatkan dukungan kebijakan bagi ekonominya yang mendorong harapan regenerasi permintaan minyak dari importir minyak mentah terbesar dunia itu.

Saat ini perhatian pasar tertuju pada pertemuan para menteri OPEC+ yang akan digelar pada 4 Agustus untuk meninjau pasar minyak global.