Tren positif di industri tembaga disambut baik perusahaan pertambangan tembaga yang beroperasi dalam skala kompetitif. PT Amman Mineral Internasional Tbk misalnya, berhasil bertransformasi menjadi salah satu tambang dengan operasional paling efisien di dunia.
Melalui anak usahanya, PT Amman Mineral Nusa Tenggara, tambang tembaga dan emas di Batu Hijau, Kabupaten Sumbawa Barat (KSB), Nusa Tenggara Barat (NTB) mampu menghasilkan sekitar 8,78 miliar pon tembaga dan 8,7 juta ons emas pada 2020. Bahkan, Amman juga merencanakan memasuki fase 8 yang memperpanjang umur tambang hingga 2030.
Belum lagi, Amman memiliki proyek eksplorasi Elang. Ini merupakan salah satu cadangan tembaga dan emas terbesar di dunia yang belum dikembangkan. Proyek ini digadang-gadang akan mulai beroperasi pada 2031.
Data cadangan bijih Amman untuk tambang Batu Hijau dan proyek eksplorasi Elang per 31 Desember 2022, sesuai JORC Code 2012 (Australasian Joint Ore Reserves Committee), sebesar 17,12 miliar pon tembaga dan 23,2 juta ons emas.
Sebelumnya, tambang Batu Hijau pernah dianggap tak lagi ekonomis. Namun, sejak 2016 setelah diambil alih Amman, tambang Batu Hijau berhasil menerapkan beberapa langkah strategis melalui efisiensi operasional.
Direktur Utama AMMAN Alexander Ramlie mengatakan, setiap dobrakan yang dilakukan perusahaan merupakan buah dari pemikiran berani setiap karyawan.
“Kami terus mengkaji prosedur dan teknik bekerja, dengan mentalitas yang siap menghadapi tantangan dan perubahan, demi mencapai keunggulan operasional pertambangan,” kata Alex, dikutip siaran pers, Senin (31/7).
Perusahaan pertambangan yang baru melantai di Bursa Efek Indonesia pada 7 Juli 2023 tersebut memiliki keunggulan berupa C1 cash cost yang efisien dan keselamatan pertambangan yang baik. C1 cash cost merupakan biaya langsung yang mencakup biaya-biaya yang timbul dalam penambangan dan pengolahan ditambah biaya umum dan administratif lokal, biaya pengangkutan, biaya realisasi serta biaya penjualan.
Indonesia memiliki peran penting di dalam industri tembaga dunia. Ini adalah komoditas dasar (basic commodity) yang terus mengalami peningkatan permintaan seiring maraknya produksi kendaraan listrik dan panel solar.
Catatan United States Geological Survey (USGS) menjelaskan bahwa Indonesia merupakan negara peringkat keenam tertinggi untuk produksi tembaga hasil tambang dengan total produksi 920 ribu ton di 2022.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2022 juga mencatat peningkatan ekspor bijih tembaga hingga 40,35 persen secara year on year yang mencapai angka 3,1 juta ton. Nilai ekspor komoditas ini pada tahun lalu juga mencapai US$9,24 miliar dan menjadi rekor tertinggi sepanjang sejarah Indonesia.
Kebutuhan akan tembaga meningkat dengan jumlah produksi kendaraan listrik pada masa mendatang. Menurut data Global EV Outlook 2023 yang diterbitkan International Energy Agency, pasar mobil listrik global mengalami pertumbuhan eksponensial dengan penjualan melebihi 10 juta pada 2022.
Tahun lalu, 14 persen dari seluruh mobil baru yang terjual adalah mobil listrik. Angka ini naik dari sekitar 9 persen pada tahun 2021 dan kurang dari 5 persen pada 2020.