Pertamina Setop Jual Pertalite Tahun Depan, Diganti Pertamax Green 92

ANTARA FOTO/Makna Zaezar/wsj.
Pengendara melintas di dekat papan informasi harga bahan bakar minyak (BBM) di SPBU Yos Sudarso, Palangka Raya, Kalimantan Tengah, Sabtu (3/9/2022).
Editor: Lavinda
30/8/2023, 16.08 WIB

PT Pertamina (Persero) berencana menghapus peredaran bahan bakar minyak (BBM) Pertalite mulai tahun depan. Hilangnya BBM beroktan 90 itu akan digantikan oleh BBM anyar bernama Pertamax Green 92 hasil campuran Pertalite dengan kandungan 7% bioetanol alias E7.

Direktur Utama PT Pertamina Nicke Widyawati mengatakan Pertamina hanya akan merilis tiga BBM jenis bensin atau gasoline pada 2024. Tiga BBM yang dimaksud ialah Pertamax Green 92, Pertamax Green 95 hasil campuran Pertamax beroktan 92 dengan kandungan 8% bioetanol dan Pertamax Turbo.

“Jadi tahun depan hanya akan ada tiga produk gasoline. Ada dua green gasoline yang akan menjadi produk Pertamina,” kata Nicke dalam rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi VII DPR pada Rabu (30/8).

Melalui usulan penghapusan Pertalite tersebut, Pertamina juga berencana mengalihkan sasaran BBM bersubsidi kepada jenis bensin beroktan 92. Nicke menamakan rencana tersebut ke dalam program ‘Langit Biru Tahap Dua’.

“Rencananya di mana BBM subsidi kami naikkan dari RON 90 ke RON 92,” ujar Nicke. Ini juga dalam rangka memberikan produk berkualitas terbaik kepada masyarakat. 

Sebelumnya, Pertamina pernah menjalankan Program Langit Biru dengan menaikkan jenis BBM yang disubsidi dari RON 88 ke RON 90.  Kini, Pertamina menjalankan Program Langit Biru Tahap II, dengan menaikkan BBM Subsidi dari RON 90 ke RON 92.

Nicke menjelaskan, program lanjutan tersebut merupakan upaya Pertamina mendukung Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 20 Tahun 2017 tentang Baku Mutu Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Tipe Baru Kategori M, N, dan O.

Regulasi tersebut mengamanatkan kendaraan yang diproduksi sejak Oktober 2018 tidak boleh lagi menggunakan bensin dengan nilai oktan di bawah 91.

“Jadi itu sudah sangat pas, dari aspek lingkungan dan mandatori bioetanol bisa kita penuhi. Selain itu juga dapat menurunkan impor gasoline,” ujar Nicke.  

Melalui program ‘Langit Biru Tahap Dua’, Nicke optimistis investasi di sektor bioenergi domestik bakal meningkat. Hal itu juga didukung lewat instrumen Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 40 Tahun 2023 tentang Percepatan Swasembada Gula Nasional dan Penyediaan Bioetanol Sebagai Bahan Bakar Nabati atau Biofuel.

Regulasi yang ditetapkan oleh Presiden Joko Widodo pada 16 Juni 2023 mengamanatkan penambahan areal lahan baru perkebunan tebu seluas 700.000 hektar yang bersumber dari lahan perkebunan, lahan tebu ralgrat, dan lahan kawasan hutan.

“Dari sana ada tambahan 1,2 juta kiloliter untuk campuran gasoline,” ujar Nicke.

Pertamina juga meminta dukungan Komisi VII DPR untuk membebaskan tarif cukai etanol yang menyentuh Rp 20.000 per liter dalam mendukung program ‘Langit Biru Tahap Dua’. Perseroan juga mendorong Komisi Energi DPR juga memberikan fasilitas stimulus pembebasan pajak untuk impor etanol.

“Sampai investasi bioetanol terjadi di dalam negeri, maka Pertamina harus impor dulu. Tapi itu tidak masalah karena Pertamina pun impor gasoline. Kami hanya mengganti impor gasoline dengan impor etanol yang secara emisi lebih baik,” ujar Nicke.

Reporter: Muhamad Fajar Riyandanu