SKK Migas mengatakan Mubadala Energy tertarik untuk melanjutkan tajak sumur eksplorasi di Blok Andaman III, seiring langkah Repsol dan Petronas yang tidak memperpanjang tambahan waktu eksplorasi (TWE) Blok Andaman III hingga berakhir pada 23 Juni 2023 lalu.
Keputusan tersebut menyusul hasil negatif pada kegiatan eksplorasi di Sumur Rencong-1X yang mendapati hasil kering atau tidak menemukan cadangan migas alias dry hole.
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan Mubadala tengah mempelajari formasi dan hasil seismik sumur di Blok Andaman III. Dwi menilai, perusahaan energi asal Uni Emirat Arab sanggup mengelola wilayah kerja (WK) migas di perairan Aceh tersebut.
Alasannya, Mubadala saat ini mengelola tiga Blok Migas di laut Andaman. Di antaranya Blok Andaman I, Andaman II dan South Andaman. Blok Andaman I yang dikelola oleh Mubadala Petroleum (MP) dan Harbour Energy rencananya akan beroperasi atau on-stream pada 2030.
“Pastinya yang dekat-dekat di sana yang kemungkinan bisa integrasikan di wilayah Andaman III,” kata Dwi di Gedung Nusantara III DPR Jakarta pada Kamis (31/8).
Hal serupa juga dikatakan oleh Direktur Jenderal Migas Kementerian ESDM, Tutuka Ariadji. Dia mengatakan pihaknya terbuka jika Mubadala ingin mengajukan studi bersama atau joint study Blok Andaman III.
Kendati demikan, Mubadala hingga kini belum memiliki hak partisipasi pada wilayah kerja Andaman III. “Kalau Mubadala ingin joint study kami terbuka. Sejauh ini belum ada komitmen, baru bicara saja,” ujar Tutuka.
Sebelumnya, Repsol dan Petronas sepakat melepas proyek pengeboran lapangan migas di Blok Andaman III yang terletak di Laut Utara Aceh.
Stakeholders Relations Manager Repsol Indonesia, Amir Faisal Jindan, mengatakan pihaknya bersama Petronas telah mengajukan dokumen pengembalian kontrak pengelolaan Blok Andaman III kepada Badan Pengelola Migas Aceh alias BPMA. Di blok Andaman III, Repsol menguasai hak partisipasi sebesar 51% dan Petronas 49% dengan recoverable reserve 1,89 juta barel minyak ekuivalen.
"Kami, Repsol dan Petronas sepakat untuk tidak melanjutkan kegiatan di Andaman III dan mengembalikannya ke negara melalui BPMA. Sekarang on progress," kata Amir saat dihubungi lewat sambungan telepon pada Selasa (18/7).
Dia mengatakan hasil pengeboran Sumur Rencong-1X tidak sesuai dengan ekspektasi hasil seismik 3D pada akhir tahun 2017 silam. Pengeboran Sumur Rencong-1X merupakan komitmen kerja pasti yang sudah dikerjakan Repsol.
Namun, pembuktian melalui pengeboran sumur yang terletak di Laut Utara Aceh, Perairan Selat Malaka sedalam 4.000 meter menembus dasar laut itu menunjukan hasil dry hole. "Estimasi waktu itu memang cukup besar, bisa menghidupkan kembali Arun. Tapi pembuktian prospek hidrokarbon itu harus lewat pengeboran dan hasilnya nol," ujar Amir.
Dia menceritakan, Repsol dan Petronas kini beralih untuk mengembangkan Blok Sakakemang di Sumatera Selatan. Di sana, Petronas dan Repsol masing-masing menggenggam hak kelola sebesar 45%. Adapun, Mitsui Oil Exploration Co. Ltd (MOECO) memegang 10%. "Untuk Sakakemang mudah-mudahan bisa produksi di awal tahun 2028," kata Amir.