ESDM Ungkap Alasan Pertamina Ingin Tambah Mitra Pengembang Blok Masela

Katadata/Muhammad Fajar Riyandanu
Penandatanganan PSA Blok Masela
Editor: Lavinda
1/9/2023, 15.32 WIB

Pemerintah mengkaji penambahan anggota konsorsium pengelola proyek LNG Blok Masela untuk mengejar target onstream paling lambat 1 Januari 2030.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan konsorsium melaporkan pengembangan Blok Masela terbilang rumit. Anggota konsorsium yang dimaksud terdiri dari PT Pertamina, Pertronas dan Inpex Corporation.

"Kemarin mereka punya kajian, kompleksitas lapangan ini membutuhkan kompetensi yang khusus supaya lapangan ini bisa digarap sebisa mungkin dengan aman," kata Arifin kepada wartawan di Kantor Kementerian ESDM pada Jumat (1/9).

Dia mengaku ada sejumlah perusahaan migas yang mengajukan diri untuk bergabung ke dalam konsorsium pengembang Blok Masela. Meski begitu, Arifin belum merinci ihwal mitra potensial tersebut. "Ya pasti ada, agar tanggal 1 Januari 2030 harus onstream," ujar Arifin.

Ladang gas yang terletak di Kepulauan Tanimbar, Maluku itu mengandung sumber daya gas hingga 27,9 juta kaki kubik (TCF), dengan estimasi produksi sekira 9,5 juta ton LNG per tahun dan 35.000 barel kondensat per hari.

Wacana serupa juga digaungkan oleh Direktur Utama PT Pertamina, Nicke Widyawati. Dia mengatakan perseroan membuka potensi pihak lain untuk masuk ke dalam konsorisum pengembang Blok Masela.

Hal ini mengacu pada struktur lapangan yang kompleks sehingga membutuhkan kerja sama lebih agar pengangkutan migas dapat berjalan optimal.

"Tidak menutup kemungkinan pihak lain masuk yang tentu akan melengkapi kompetensi kami," ujar Nicke saat rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi VII DPR pada Rabu (30/8).

Pertamina memaparkan proses produksi dan penyimpanan LNG di Blok Masela akan menggunakan fasiltas infrastruktur unit regasifikasi penyimpanan terapung alias floating storage and regasifiation unit (FSRU).

FSRU merupakan infrastruktur berupa kapal khusus untuk transit dan mentransfer gas yang diangkut dari lokasi ekplorasi di lepas pantai (offshore) ke kilang LNG di daratan (onshore) Kepulauan Tanimbar, Maluku.

Nicke menjelaskan bahwa skema dan alur produksi LNG Blok Masela nantinya dapat berjalan efisien dan efektif. Produksi LNG Blok Masela juga akan dilengkapi oleh teknologi carbon capture, utilization and storage (CCUS) di area onshore.

“Sampai hari ini kami menyakini ini cara yang paling cepat dan efektif yang bisa mengakomodasi semua aspirasi yang ada,” kata Nicke saat rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi VII DPR pada Rabu (30/8).

Polemik mengenai tertundanya proyek LNG Blok Masela berawal dari sikap pemerintah yang menolak gagasan Shell Upstream Overseas selaku pemegang 35% hak partisipasi terdahulu untuk melakukan pengeboran di wilayah offshore. Di sisi lain, pemerintah bersikeras untuk menjalankan Blok Masela di wilayah onshore.

Silang pendapat itu berujung pada sikap Shell untuk mundur dari proyek Abadi LNG Blok Masela pada Juli 2020. Alhasil, proyek yang awalnya ditargetkan onstream atau berproduksi pada 2027 itu harus mundur hingga 2029 mendatang. “Pemerintah inginnya dipercepat, harus ke 2029,” ujar Nicke.

Reporter: Muhamad Fajar Riyandanu