Indonesian Sustainability Forum (ISF) 2023, salah satu perhelatan terbesar global mengenai isu-isu keberlanjutan di Asia Pasifik teken tiga nota kesepahaman (MoU) yang akan berkontribusi kepada transisi energi hijau dan ekonomi inklusif yang lebih cepat di Indonesia.
Berikut adalah MoU yang ditandatangani di ISF:
- MOU 1 : Kerjasama dan Implementasi Teknologi Penangkapan, Pemanfaatan dan Penyimpanan Karbon (Carbon Capture, Utilization and Storage Technology) antara PT PLN dan Karbon Korea Co, Ltd.
- MOU 2 : Penandatanganan Letter of Intent (LoI) antara Stanford Doerr School of Sustainability dan Otorita Ibu Kota Nusantara, yang menandakan ketertarikan Stanford University untuk mengembangkan kolaborasi penelitian dengan ibu kota baru Indonesia, Nusantara.
- MOU 3: Penandatanganan Energi Baru Terbarukan (EBT) oleh Inspira dan Original Equipment Manufacturers (OEM).
Sekitar 2.000 orang hadir selama pertemuan yang berlangsung dua hari ini. Termasuk sejumlah petinggi pemerintahan seperti Perdana Menteri Papua Nugini, James Marape, pimpinan organisasi global seperti Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF), Kristalina Georgieva, dan Presiden Bank Dunia, Ajay Banga.
Pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves), menjadi tuan rumah ISF 2023, bekerja sama dengan Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin Indonesia).
Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi Kemenko Marves Rachmat Kaimuddin mengatakan, besarnya animo peserta menandakan adanya pergeseran positif di kawasan ini untuk mendukung agenda keberlanjutan.
"Agenda keberlanjutan bukanlah kegiatan yang bersifat check the box bagi pemerintah dan dunia usaha. Agenda keberlanjutan lebih merupakan sebuah perubahan model bisnis dalam konsumsi dan pertumbuhan, untuk memastikan bahwa kemajuan menuju kemakmuran dapat terus berlanjut dengan cepat, sekaligus melindungi planet kita,” katanya.
Deputi Rachmat menambahkan bahwa kolaborasi internasional dapat menjadi kunci untuk meruntuhkan hambatan bagi dunia dalam merangkul pertumbuhan keberlanjutan. Khususnya hambatan tingginya pembiayaan, keterbatasan akses terhadap teknologi dan sumber daya manusia.
Wakil Ketua Umum Koordinator Bidang Kemaritiman, Investasi dan Luar Negeri Kadin Indonesia, Shinta Kamdani, mengatakan bahwa forum ini merupakan kesempatan bagi sektor swasta untuk memberikan kontribusi yang konkret dan berarti bagi agenda keberlanjutan.
"Sektor swasta telah menjadi motor penggerak pertumbuhan Indonesia dalam beberapa tahun terakhir, oleh karena itu setiap perubahan positif yang kita upayakan untuk mendukung agenda keberlanjutan akan memberikan efek domino yang positif bagi masyarakat dan planet ini,” ujar Shinta.
Nantinya Pemerintah Indonesia bertekad untuk menjadikan ISF 2023 sebagai acara tahunan.