Cina menggugat pola pengawasan Sekretariat Badan Energi Atom Internasional (IAEA) atas pelepasan air limbah nuklir Jepang ke laut. Gugatan dilayangkan pada Selasa (12/9) waktu setempat.
"Sebanyak 7.800 ton air terkontaminasi nuklir dibuang ke laut, dan masyarakat internasional masih belum diberitahu mengenai pengaturan pengawasan khusus Sekretariat IAEA," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China Mao Ning dalam konferensi pers seperti dikutip Antara, Rabu (13/9).
Menurut Mao Ning, ini hanya konsultasi teknis dan dukungan Sekretariat untuk Jepang dan tidak bersifat internasional atau independen.
“Apa yang disebut pengawasan oleh Sekretariat IAEA tidak diamanatkan Dewan Gubernur badan tersebut atau dibahas oleh negara-negara anggota,” ujar Mao Ning.
Di tengah kritikan atas pelepasan limbah nuklir dari pembangkit listrik tenaga nuklir atau PLTN Fukushima ke laut oleh Jepang, Direktur Jenderal IAEA Rafael Grossi pada bulan lalu mengatakan badan tersebut mengumpulkan sampel mandiri dan akan terus mengawasi situasi.
"Pada pengambilan sampel oleh IAEA di Fukushima Daichi, tingkat tritium yang diverifikasi pada air yang dilepaskan, berada jauh di bawah batas operasional. Kami akan melanjutkan pengambilan sampel secara mandiri dan mengawasi hingga selesai," kata Grossi.
Tokyo mulai membuang limbah nuklir dari pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima bulan lalu, memicu reaksi keras dari China yang memberlakukan larangan pada impor hasil laut Jepang.
Berdasarkan laporan kantor berita Kyodo yang berbasis di Jepang, pemimpin militer Cina juga menunda kunjungan mereka ke Jepang. Hal itu ditengarai merupakan akibat perselisihan baru-baru ini mengenai pelepasan air radioaktif Fukushima yang diolah.