Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) atau PGE mengumumkan telah membukukan kenaikan laba bersih pada kuartal III-2023 sebesar 19,7% dari US$ 111,4 juta menjadi US$ 133,4 juta atau setara Rp 2,065 triliun. Jumlah ini melampaui perolehan laba perseroan sepanjang 2022 sebesar US$ 127,3 juta.
Direktur Keuangan PGE Nelwin Aldriansyah mengatakan pencapaian tersebut menunjukkan PGE berhasil mengelola keuangan secara baik. "Capaian ini membuat PGE berada di posisi keuangan solid untuk terus tumbuh secara berkelanjutan," kata dia, Sabtu (28/10).
Ia menyebutkan tingkat debt to equality ratio (DER) perseroan berada di angka 36,8%. "Dengan tingkat DER yang baik, dapat menjadi sinyal positif untuk membuka peluang ekspansi usaha melalui pendanaan pihak ketiga," kata dia.
Selain mencatatkan kenaikan laba bersih, PGE juga mencatatkan peningkatan dari sisi pendapatan usaha, dari US$ 287,4 juta menjadi US$ 308,9 juta secara year-on-year. Nilainya setara dengan Rp 4,7 triliun.
Di sektor kredit karbon, PGE mencatatkan pendapatan sebesar US$ 732 ribu atau sebesar Rp 11,3 miliar. Ini merupakan pendapatan perdana PGE dari kredit karbon melalui bursa karbon Indonesia. Sementara itu, liabilitas perseroan turun dari US$ 1,22 juta menjadi US$ 960 ribu atau setara dengan Rp 14,8 miliar.
Perseroan juga mencatatkan peningkatan ekuitas, dari US$ 1,25 juta menjadi US$ 1,93 juta atau setara dengan RP 29,8 miliar jika dibandingkan dengan angka pada Desember 2022. Menurut Nelwin, tren peningkatan itu menunjukkan PGE berada dalam posisi keuangan yang sehat. "Memiliki kemampuan membayar utang dan menghasilkan laba," kata dia.
Kenaikan pendapatan perseroan pada kuartal III-2023 ini ditopang pula oleh pendapatan PGE Area Kamojang yang menyumbang pendapatan sebesar US$ 109,6 juta atau setara dengan Rp 1,6 triliun. Disusul oleh PGE Area Ulubelu yang mencatatkan pendapatan sebesar US$ 86,1 juta atau setara dengan Rp 1,3 triliun.