Adaro Energy Indonesia memprediksi bisnis batu bara masih menunjukkan sinyal positif pada 2024. Chief Financial Officer Adaro Energy Lie Luckman mengatakan permintaan domestik batu bara, terutama batu bara termal masih kuat.
“Outlook batu bara termal masih positif, Cina sudah impor 100 juta ton, memberi kontribusi positif batu bara termal,” kata Luckman dalam Public Exposes Live 2023 sesi Adaro Energy yang dipantau secara daring, Selasa (28/11).
Luckman juga mengaku tren batu bara termal masih sangat kuat. Adaro Energy tahun ini menargetkan produksi batu bara secara keseluruhan yakni termal dan metalurgi mencapai 60-63 juta ton. “Kami rasa kami akan bisa mencapai target 2023. Dari coking coal memang fluktuasi tapi akhir-akhir ini sudah melebihi harga,” ujarnya.
Mengenai 2024, Luckman menyampaikan perusahaannya saat ini masih menyusun target 2024. Namun dia menekankan, targetnya diusahakan tidak kurang dari 2023.
Pemerintah saat ini terus mendorong adanya pengurangan emisi karbon kepada seluruh pihak untuk mencapai target net zero emission pada 2060. Sejalan dengan program pemerintah, Adaro memang tengah menggenjot pembangunan beberapa proyek penunjang transisi energi.
Adaro mematok, pada 2030 pendapatan perusahaannya tak lagi berasal dari batu bara termal. Membahas hal ini, Luckman menyebut perusahaannya masih mengkaji soal pengurangan produksi batu bara termal.
“Kami akan mengkaji, walaupun ada peluang. Kami menerapkan good mining practice, memproduksi batu bara tidak terlalu banyak namun juga tidak kurang dari target,” ujarnya.
Luckman juga menyebut bahwa di Indonesia ini masih membutuhkan energi yang murah untuk menunjang pertumbuhan ekonomi. “Tekanan atas batu bara sangat tinggi, tapi kebutuhan sangat besar. Tapi EBT kan butuh teknologi, kalau bisa support pertumbuhan ekonomi ya kami bisa sesegera mungkin,” kata dia