Raksasa Batu Bara Dunia Glencore Berniat Keluar dari Bisnis Batu Bara

Donang Wahyu|KATADATA
Ilustrasi tambang batu bara.
Penulis: Happy Fajrian
13/12/2023, 15.34 WIB

Perusahaan batu bara terbesar kedua di dunia, Glencore, dilaporkan akan segera keluar dari bisnis mineral hitam. Glencore disebut akan bertransisi menjadi perusahaan mineral logam dan men-spin off bisnis batu baranya.

Transformasi ini telah dimulai dengan Glencore mengakuisisi 77% saham bisnis batu bara metalurgi milik Teck Resources, Elk Valley Resources, dalam kesepakatan bernilai US$ 6,93 miliar atau sekitar Rp 108,5 triliun. Setelah itu Glencore akan menggabungkan Elk Valley dengan unit bisnis batu baranya.

The Wall Street Journal (WSJ) melaporkan bahwa penggabungan dua entitas bisnis batu bara tersebut merupakan bagian dari strategi Glencore untuk meninggalkan bisnis batu bara dengan keuntungan besar. Sebab ketika perusahaan itu di-spin off dan terdaftar di New York Stock Exchange, nilainya diprediksi mencapai US$ 22-35 miliar.

Ke depannya, Glencore berencana untuk fokus pada logam yang diharapkan dapat mendorong transisi energi ramah lingkungan. Revolusi energi hijau memicu demam emas modern untuk mineral dan logam tanah jarang yang penting bagi infrastruktur yang dibutuhkan untuk panel surya, baterai kendaraan listrik, turbin angin, dan sebagainya.

Badan Energi Internasional (IEA) memproyeksikan penambahan kapasitas energi terbarukan global akan tumbuh sebesar 107 gigawatt (GW) hingga mencapai lebih dari 440 GW pada tahun 2023, peningkatan absolut terbesar yang pernah ada.

Pada saat yang sama, penjualan kendaraan listrik diperkirakan akan meningkat sebesar 35% pada akhir tahun ini hingga mencapai 14 juta unit, suatu peningkatan yang oleh IEA disebut “eksplosif.”

Menguasai pasar mineral tanah jarang yang sebagian besar belum dimanfaatkan menghadirkan peluang ekonomi yang besar, dan negara-negara di seluruh dunia saat ini berlomba untuk menopang rantai pasokan dan memperoleh cadangan secepat mungkin.

Halaman:
Reporter: Mela Syaharani