ESDM Jelaskan Faktor Harga Nikel Menanjak hingga US$ 20 Ribu
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengatakan bahwa pergerakan harga nikel yang melonjak ke angka US$ 20.000 per metrik ton kering (dmt) dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Harga nikel di London Metal Exchange (LME) pada penutupan perdagangan Jumat (17/5) mencapai US$ 21.080 per ton. Angka tersebut meningkat US$ 1.591 dibandingkan penutupan perdagangan kamis yang hanya mencapai US$ 19.489 per ton.
“Semua harga komoditas itu ada siklusnya, ada naik dan turunnya,” kata Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Percepatan Tata Kelola Mineral dan Batubara, Irwandy Arif dikutip Senin (20/5).
Selain karena siklus, Irwandy menyebut kenaikan harga ini juga dipengaruhi oleh permintaan pasar saat ini. “Nikel dibutuhkan untuk pembuatan baterai kendaraan listrik, industri pesawat, dan lainnya,” ujarnya.
Sebelumnya, Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Percepatan Pengembangan Industri Sektor ESDM, Agus Tjahajana Wirakusumah mengatakan naiknya harga komoditas harus dijadikan sinyal peringatan bagi para pengusaha.
Ketika harga meningkat harus menjadikan hal tersebut sebagai momentum untuk menyimpan bonus keuntungan dari kenaikan harga. "Para pengusaha harus siap saat keadaan terjelek, tapi itu memang competitiveness daripada perusahaan yang mana tidak selamanya di atas,” ujarnya saat ditemui di Kementerian ESDM pada Jumat (26/4).
Sementara itu, harga nikel acuan Indonesia pada April 2024 naik 8,7% menjadi US$ 17.424,52 per ton metrik kering (dmt). Angka ini mengakhiri tren penurunan sejak Juni 2023.
Meskipun mengalami kenaikan, namun harga nikel acuan April 2024 masih lebih rendah dibandingkan Desember 2023 yang mencapai US$ 17.653,33 per dmt.