Jelang Pilpres, Ini Kriteria Presiden Idaman Para Pengusaha Migas

Katadata / Trion Julianto
SKK Migas dan PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) melakukan peninjauan pompa angguk di lokasi Sumur Bor Lapangan Duri, Riau (30/12/2022).
Penulis: Mela Syaharani
2/2/2024, 11.58 WIB

Pengusaha minyak dan gas bumi (migas) menilai peran pemimpin baru Indonesia sangat penting terhadap jalannya investasi di sektor hulu migas. Oleh karena itu, mereka berharap pemimpin baru Indonesia yang terpilih pada Pilpres 2024 mendatang harus dapat terus mendorong perkembangan di sektor ini di tengah desakan transisi energi.

“Pemimpin terpilih nanti harus paham akan industri hulu migas. Kami yang penting presiden yang memahami isu isu, tapi kriteria untuk presiden kan macam macam,” kata Direktur Eksekutif Indonesia Petroleum Association (IPA) Marjolijn Wajong saat ditemui di Jakarta pada Kamis (1/2).

Sebagai informasi, topik mengenai energi dan sumber daya alam masuk dalam debat pilpres keempat sesi khusus cawapres yang dilaksanakan pada Minggu (21/1). Meski berada di tahun politik, Marjolijn mengatakan keadaan investasi hulu migas dalam keadaan aman.

“Para investor itu melihat, kondisi cukup aman. Harga minyak dan gas cukup baik, stabil, dan aman. Bahkan ada temuan temuan baru ternyata potensi indonesia masih ada,” ucapnya.

Untuk diketahui, pada 2023 SKK Migas bersama KKKS mampu menghasilkan dua temuan besar yakni di Geng North yang berada di Kalimantan Timur oleh ENI dengan potensi 5,3 triliun kaki kubik (TCF) gas in place, dan Layaran-1 yang berada di South Andaman lepas pantai Sumatera Utara oleh Mubadala Energy dengan potensi 6 TCF.

“Sehingga saya kok sekarang kelihatan take off atau baik ini memang momen yang sangat penting ini, terasa ada perubahan,” ujarnya.

Marjolijn perjalanan sektor migas saat ini erat kaitannya dengan upaya transisi energi. Indonesia sendiri memiliki target untuk mencapai net zero emission pada 2060.

Marjolijn mengatakan dalam masa transisi energi ini, gas memiliki peran untuk mengurangi emisi yang ada. Seperti yang diketahui bahwa gas bumi dalam masa transisi energi berfungsi sebagai energi pengganti dari sumber-sumber fosil. Gas dipilih sebab mengeluarkan lebih sedikit emisi dibandingkan energi fosil lainnya.

“Jadi ada banyak hal yang berubah di dalam tata cara pengelolaan, makanya menanti pemimpin baru di arah migas. Arah benar untuk sektor migas yang keliatannya sekarang banyak mengalami perubahan. Kami harus terus mendorongnya,” ujarnya.

Reporter: Mela Syaharani