BPS mencatat ekspor batu bara pada Januari 2024 anjlok nyaris 30% secara tahunan menjadi US$ 2,41 juta dibandingkan US$ 3,43 juta pada Januari 2023. Jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya, atau Desember 2023, ekspor turun 19,68%.
Direktur Eksekutif Asosiasi Perusahaan Batu Bara (APBI), Hendra Sinadia mengatakan turunnya nilai ekspor batu bara Indonesia pada Januari 2024 disebabkan oleh turunnya harga batu bara. “Itu disebabkan harga yang lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya,” ujarnya kepada Katadata.co.id pada Jumat (16/2).
Meski begitu, Hendra menambahkan bahwa turunnya harga bukan faktor utama penekan ekspor. “Sebetulnya lebih ke harga, dan biasanya di awal tahun tingkat produksi dan volume ekspor itu lebih rendah,” ujarnya.
Senada dengan Hendra, Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti juga mengatakan bahwa turunnya ekspor batu bara disebabkan oleh penurunan volume maupun penurunan harga.
“Dalam pasar global ada penurunan tren dari harga batu bara. Karena penurunan nilai lebih dalam dari volume maka penurunan ekspor batu bara secara bulanan lebih disebabkan oleh penurunan harga,” ujar Amalia dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (15/2).
Berdasarkan negara, penurunan ekspor batu bara paling besar ke Cina yang turun 25,08% dan India turun 17,11%. “Nilai ekspor batu bara berkontribusi 12,59% terhadap total ekspor Januari 2024,” ujarnya.
Sebagai informasi, harga batu bara memang mengalami penurunan signifikan sepanjang tahun 2023. Pada Januari 2023 harga batu bara acuan (HBA) Indonesia masih di level US$ 305,21 per ton dan harga batu bara Newcastle, Australia, yang menjadi salah satu harga acuan global, di kisaran US$ 350-390 per ton.
Namun pada Januari 2024 HBA merosot menjadi di bawah US$ 130 per ton sedangkan harga batu bara Newcastle di bawah US$ 130 per ton, bahkan sempat menyentuh US$ 115 per ton pada 29 Januari. Artinya, harga merosot lebih dari 50% dalam setahun terakhir.