Harga Minyak Merosot hingga 1,5% Tertekan Prospek Lemah Permintaan

Dok. Chevron
Ilustrasi pengeboran minyak.
Penulis: Mela Syaharani
21/2/2024, 10.37 WIB

Harga minyak merosot lebih dari 1% pada Selasa (20/2) seiring pasar yang lebih mengkhawatirkan prospek lemah permintaan energi di masa depan dibandingkan pasokan ketat akibat konflik di Timur Tengah.

Minyak mentah Brent turun US$ 1,22, atau 1,5% ke level US$ 82,34 per barrel. Sedangkan minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) Amerika Serikat untuk pengiriman April turun US$ 1,30 atau 1,4% menjadi US$ 77,04 per barel.

Washington kembali memveto rancangan resolusi Dewan Keamanan PBB mengenai perang Israel-Hamas, memblokir permintaan untuk gencatan senjata kemanusiaan. Akan tetapi, AS justru mendorong sebuah resolusi yang mengaitkan gencatan senjata dengan pembebasan sandera Israel oleh Hamas.

Serangan-serangan untuk mendukung Palestina terhadap kapal-kapal di Laut Merah dan selat Bab al-Mandab oleh kelompok Houthi yang bersekutu dengan Iran di Yaman terus memicu kekhawatiran akan arus barang yang melewati jalur perairan yang kritis tersebut.

Serangan pesawat tak berawak dan rudal telah menghantam setidaknya empat kapal sejak Jumat (16/2). Meski konflik di Timur Tengah, yang merupakan wilayah utama penghasil minyak dunia, investor lebih mengkhawatirkan prospek permintaan yang lemah. Hal ini menekan harga minyak.

Cina mengumumkan penurunan suku bunga acuan hipotek terbesar yang pernah ada, terbesar sejak suku bunga referensi diperkenalkan pada tahun 2019 dan jauh lebih besar dari perkiraan para analis.

“Fakta bahwa pasar minyak mentah belum memberikan respons yang lebih positif menunjukkan betapa dalamnya masalah permintaan minyak di Cina,” kata John Kilduff, partner di Again Capital LLC di New York, seperti dikutip dari Reuters pada Rabu (21/2).

Halaman:
Reporter: Mela Syaharani