ESDM: Batu Bara Masih Jadi Energi Utama Indonesia 10-20 Tahun ke Depan

ANTARA FOTO/Andri Saputra.
Pekerja mengoperasikan alat berat saat bongkar muat batu bara ke dalam truk yang didatangkan dari Samarinda di Pelabuhan PLTU Tidore Kepulauan, Maluku Utara, Kamis (4/1/2023).
Penulis: Mela Syaharani
15/3/2024, 11.12 WIB

Kementerian ESDM menilai potensi batu bara menjadi sumber energi utama di Indonesia masih cukup panjang. Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Percepatan Tata Kelola Mineral dan Batubara, Irwandy Arif menyebut batu bara masih menjadi andalan energi 10 hingga 20 tahun ke depan.

“Batu bara masih menjadi energi utama di Indonesia untuk 10-20 tahun lagi. Kalau saya bilang mungkin sampai 40 tahun lagi karena relatif murah,” ujarnya dalam Seminar Energy for Prosperity: The Economic Growth Impacts of Coal Mining yang diselenggarakan Energy and Mining Editor Society (E2S) di Jakarta, Kamis (14/3).

Menurut Irwandy proyeksi ini dapat diperkuat apabila pembangunan PLTU masih terus tumbuh. “PLTU yang masih tumbuh di dunia 70% ada di Asia Pasifik, yang sebagian besar disuplai batu bara kita. Ini yang mendukung hidupnya batu bara Indonesia,” ujarnya.

Dalam paparannya disebutkan bahwa wilayah Asia Pasifik memiliki kapasitas batu bara dan pembangkit terbesar saat ini mencapai 76% termasuk rencana pengembangannya.

Terlebih di wilayah Asia Timur-Selatan memiliki permintaan listrik yang tinggi. Beberapa negara memiliki rencana pengembangan PLTU yang besar padahal kapasitas eksisting juga sudah tinggi.

Tanpa mempertimbangan rencana pengembangan, emisi di wilayah Asia Pasifik saat ini akan terus meningkat sampai tahun setelah 2040 jika tidak ada pengendalian

Irwandy menyebut, total cadangan batu bara Indonesia masih melimpah. “Sumber dayanya 99 miliar dengan reserve 35 miliar ton. Jadi kalau rata-rata 600-700 juta ton per tahun, umur batu bara bisa terus ada hingga 60-70 tahun lagi,” ucapnya.

Dengan kata lain, jumlah seluruh kekayaan batu bara Indonesia mencapai 134 miliar ton. Kendati demikian, panjangnya umur batu bara Indonesia ini juga tergantung dari besarnya penerapan energi terbarukan (EBT) dan target nol emisi di 2060.

Irwandy menyampaikan, jika dijalankan dengan skenario biasa, produksi batu bara akan mencapai 729 juta ton pada 2030, dan berkurang setelahnya karena penurunan permintaan ekspor.

Akan tetapi terjadi peningkatan permintaan domestik akibat peningkatan kebutuhan listrik dan permintaan batu bara untuk sektor industri, termasuk permintaan industri hilir batu bara. “Dan dada 2060, produksi batubara diperkirakan mencapai 720 juta ton,” kata dia.

Namun dia menyebut hasilnya akan berbeda jika penerapan EBT berjalan sesuai target, maka produksi batu bara Indonesia pada 2060 masih 327 juta ton.

“Tergantung pada perkembangan dari EBT, kalau saat ini pemerintah melalui DEN sudah menurunkan target 2025 sebesar tadinya 23% sekarang jadi 17% dan ini realisasi baru sekitar 13%. Jadi ini adalah business as usual,” ujar Irwandy

Dalam kesempatan yang sama, Ketua Indonesia Mining Association Rachmat Makkasau juga menampilkan data tentang umur batu bara Indonesia.

Berbeda dengan Irwandy, Rachmat mengatakan dengan jumlah cadangan dan seluruh sumber daya yang ada, umur batu bara Indonesia bisa mencapai ratusan tahun. “Kalau kita pakai sendiri 134 miliar ton itu kita bisa mencapai 500 tahunan,” kata Rachmat.

Menurut penghitungannya, dengan asumsi penggunaan batu bara untuk kebutuhan domestik saja sekitar 250 juta ton per tahunnya, maka umur batu bara Indonesia bisa mencapai 536 tahun lagi. Dengan catatan batu bara ini dipakai menggunakan cara yang baik.

Namun apabila Indonesia tetap melakukan ekspor dengan asumsi volume ekspor dan domestik mencapai 700 juta per tahunnya, maka umur batu bara bersisa 191 tahun lagi.

Reporter: Mela Syaharani