Harga Minyak RI Potensi Tembus US$ 100/Barel Imbas Konflik Iran-Israel

ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/rwa.
Suasana dari kapal tongkang akomodasi (Barge 222) Pertamina Hulu Energi Offshore Southeast Sumatra (PHE OSES) di Perairan Kepulauan Seribu, Jakarta, Rabu (15/6/2022). Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian memprediksi Indonesian Crude Price (ICP) masih akan mengalami kenaikan sepanjang tahun ini bahkan bisa mencapai 50 persen dari level 2021, dimana harga minyak dunia saat ini sudah mencapai sekitar 120 dolar Amerika per barel yang disebabkan konflik di Rusia dan Ukraina.
15/4/2024, 15.29 WIB

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memproyeksikan harga minyak Indonesia atau Indonesian Crude Price (ICP) dapat menembus US$ 100 per barel jika eskalasi konflik Israel-Iran berlanjut dan meluas. Kenaikan harga minyak tersebut dapat membuat subsidi bahan bakar minyak dan elpiji membengkak. 

Direktur Jenderal Migas, Tutuka Ariadji, mengatakan kenaikan nilai ICP akan berimbas pada peningkatan anggaran subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) dan Elpiji. Pemerintah mematok ICP dalam asumsi ekonomi makro APBN 2024 sebesar US$ 82 per barel.

Adapun harga rata-rata ICP terbaru bulan Maret 2024 telah berada di level US$ 83,79 per barel. Angka tersebut meningkat US$ 3,69 per barel dari ICP bulan Februari senilai US$ 80,09 per barel.

"Saya menyatakan bahwa kemungkinan besar ICP akan naik ke US$ 100 per barel. Kalau kita soroti ICP, sebetulnya dari Februari atau Maret-April naik terus," kata Tutuka dalam diskusi daring bertajuk 'Ngobrol Seru Dampak Konflik Iran-Israel ke Ekonomi RI' pada Senin (15/4).

Dalam paparannya, Tutuka menguraikan kenaikan ICP ke level US$ 100 per barel bakal berimbas pada perhitungan subsidi dan kompensasi BBM menjadi Rp 249,86 triliun. Angka ini lebih tinggi dari asumsi APBN 2024 senilai Rp 160, 91 triliun. Dampak tersebut juga menyasar pada potensi pembengkakan subsidi elpiji menjadi Rp 106,28 triliun dari awalnya Rp 83,27 triliun.

Tutuka mengatakan, tren kenaikan ICP cukup sensitif terhadap asumsi dasar ekonomi makro APBN. Untuk setiap kenaikan ICP US$ 1 per barel, akan menambah subsidi energi sebesar Rp 1,78 triliun dan kompensasi energi hingga Rp 5,34 triliun.

Di sisi lain, kenaikan tersebut juga akan berdampak pada melonjaknya penerimaan negara bukan pajak (PNBP) Rp 1,83 triliun.

Secara lebih spesifik, Tutuka menjabarkan bahwa setiap kenaikan ICP US$ 5 per barel akan menambah subsidi BBM sebesar Rp 190 miliar. Kenaikan serupa juga berdampak pada penambahan subsidi elpiji sejumlah Rp 5,04 triliun.

Peningkatan ICP US$5 per barel juga ikut berdampak pada kompensasi Solar bertambah Rp 6,42 triliun. "Ini sangat tidak menguntungkan untuk Indonesia," ujar Tutuka.

Lebih jauh, Kementerian ESDM dan PT Pertamina juga telah melakukan proyeksi apabila eskalasi konflik Israel-Iran meningkat. Satu diantaranya yakni mencari alternatif negara eksportir minyak dari Timur Tengah seperti Arab Saudi.

Adapun sumber utama impor BBM Pertamina berasal dari Singapura, Malaysia dan India. Sumber utama impor LPG berasal dari Amerika Serikat dan Timur Tengah.

"Indonesia juga impor elpiji dari Arab Saudi dan Algeria. Kita lihat reaksi mereka. Jika ini aman, kita tidak perlu melakukan perubahan besar. Tapi kami sudah ada rencana cadangan," kata Tutuka.

Harga Minyak Dunia Menguat

Harga minyak diprediksi terus melonjak pada perdagangan Senin (15/4) dipicu oleh memanasnya konflik antara Iran dan Israel. Pada perdagangan Jumat (12/4), harga minyak bahkan telah mencapai rekor tertinggi dalam enam bulan terakhir. 

Namun demikian, para analis memperkirakan bahwa kenaikan lebih lanjut mungkin bergantung pada bagaimana Israel memilih untuk merespons serangan Iran.

Iran meluncurkan drone dan rudal yang dapat meledak ke arah Israel pada Sabtu malam (14/4). Hal itu sebagai pembalasan atas dugaan serangan Israel terhadap konsulat Iran di Suriah pada tanggal 1 April. Ini merupakan serangan langsung pertama di wilayah Israel yang telah memicu kekhawatiran akan konflik regional yang lebih luas.

Kekhawatiran bahwa Iran akan menanggapi serangan di kompleks kedutaan besarnya di Damaskus mendorong kenaikan harga minyak pekan lalu. Minyak mentah Brent naik menjadi $92,18 per barel pada Jumat (12/4), tertinggi sejak Oktober.
Brent ditutup hari itu dengan kenaikan 71 sen menjadi US$ 90,45, sementara minyak mentah berjangka West Texas Intermediate AS naik 64 sen menjadi $85,66.

“Masuk akal jika mengharapkan harga menguat ketika perdagangan dilanjutkan,” kata Tamas Varga dari pialang minyak PVM.




Reporter: Muhamad Fajar Riyandanu