AI Diprediksi Kerek Permintaan Gas Alam Hampir 4 Kali Lipat pada 2030

Yandex
Ilustrasi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI).
Penulis: Happy Fajrian
25/4/2024, 13.02 WIB

Semakin berkembangnya kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) dan aplikasinya dalam dunia nyata berpotensi meningkatkan permintaan gas alam secara signifikan.

Analis bank investasi Tudor Pickering Holt & Co dalam laporannya, seperti dikutip dari Reuters pada Kamis (25/4) memprediksi bahwa dibutuhkan tambahan sebanyak 8,5 miliar kaki kubik per hari gas alam untuk mengimbangi peningkatan permintaan untuk AI.

Laporan tersebut memperkirakan permintaan listrik saat ini dari pusat data sebesar 11 gigawatt (GW), diperkirakan tumbuh menjadi 42 GW pada 2030. Laporan tersebut menambahkan bahwa, pada kasus dasar, dibutuhkan sekitar 2,7 bcfd tambahan gas alam pada 2030.

Perusahaan-perusahaan listrik dan teknologi di AS telah menyatakan kekhawatiran bahwa sistem kelistrikan di negara tersebut tidak berkembang cukup cepat untuk memenuhi kebutuhan energi teknologi yang berkembang pesat seperti generative AI.

Hal ini menyebabkan bisnis pusat data terkadang langsung melakukan kesepakatan dengan produsen listrik untuk mengamankan pasokan energi mereka.

Menurut data dari Lawrence Berkeley National Laboratory, peningkatan permintaan secara keseluruhan telah menambah antrean permintaan proyek pembangkit listrik dan penyimpanan secara nasional untuk terhubung ke jaringan listrik. Permintaan membengkak menjadi 2.600 GW pada 2023 dari 2.000 GW pada 2022.

Menurut laporan tersebut, seiring dengan peningkatan permintaan, harga rata-rata gas alam bisa naik mencapai US$ 4 per juta British thermal unit selama paruh kedua dekade ini.

Harga gas alam menyentuh titik terendah dalam tiga setengah tahun pada Februari menjadi US$ 1,61 per mmbtu, sebagian besar disebabkan oleh cuaca musim dingin yang sejuk, sehingga memaksa banyak produsen untuk membatasi produksinya.