Kementerian ESDM menyebut akan melelang 54 blok migas hingga 2028. Direktur Pembinaan Hulu Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi Ariana Soemanto mengatakan, 57% blok yang akan dilelang ini berada di wilayah barat Indonesia.
Ariana menyebut jumlah blok yang akan dilelang hingga 2028 ini terdiri dari dua jenis, yakni lelang untuk joint study dan lelang reguler.
“Sebanyak 27 untuk joint study dan 27 blok untuk lelang reguler. Jadi saat ini kita memiliki 54 blok migas potensial di Indonesia,” kata Ariana dalam acara IPA Convex 2024 di ICE BSD dikutip Jumat (17/5).
Menurut hasil kajian SKK Migas pada 2023, wilayah barat Indonesia memang masih menyimpan cadangan migas yang cukup melimpah.
Data SKK Migas menunjukkan, dari tiga cekungan yakni Cekungan Sumatera Utara, Sumatera Selatan, dan Jawa Timur Laut berpotensi menyimpan sumber daya migas mencapai miliaran barel setara minyak yang belum dieksplorasi dan sudah diidentifikasi.
Tidak hanya kaya akan potensi migas, wilayah barat Indonesia juga menorehkan capaian atas ditandatanganinya Production Sharing Contract (PSC) baru atas 21 blok migas sejak 2021.
“Dari 21 blok tersebut, komitmen eksplorasi yang didapatkan sekitar Rp 4 triliun, ini belum termasuk perpanjangan kontrak senilai Rp 11 triliun,” ujarnya. Sehingga, total biaya eksplorasi sejak 3 tahun yang lalu telah mencapai Rp 15 triliun.
Lapangan Wilayah Barat Belum Mature
SKK Migas menyebut bahwa lapangan-lapangan migas di wilayah Indonesia barat belum sepenuhnya mature atau berusia tua. Penasehat Kepala SKK Migas Nanang Abdul Manaf mengatakan wilayah ini masih menyimpan potensi sumber daya migas yang besar.
“Orang mengatakan bahwa lapangan di barat sudah mature sehingga susah untuk penemuan baru. Tapi setelah kami melakukan study, tidak seluruhnya begitu. Maturenya di mana? Kalau di South Sumatera iya, tapi masih ada beberapa potensi dengan pengeboran lebih dalam,” ujarnya saat ditemui usai acara IPA Convex 2024 pada Kamis (16/5).
Nanang mencontohkan, jika kegiatan pengeboran yang saat ini dilakukan hanya sedalam 4.000 meter. Padahal menurutnya jika pengeboran dilakukan di kedalaman 5.000-6.000 meter, masih ada peluang untuk menemukan potensi sumber daya asalkan pihak pengebor mau menambah data.
“Data seismik kita selama ini hanya ditarget 4.000. Coba sekarang ditargetkan lebih dalam lagi, supaya kita mendapatkan data yang lebih akurat, sehingga waktu ngebor memiliki akurasinya lebih tinggi,” ujarnya.
Nanang juga mengatakan bahwa Cekungan di Indonesia Barat memiliki potensi migas mencapai miliaran barel. Jumlah ini berasal dari sumber daya yang sudah ditemukan namun belum tereksplorasi dan sumber daya yang sudah teridentifikasi namun belum ditemukan.
“Di Cekungan Sumatera Utara, terdapat lebih dari delapan miliar mboepd sumber daya telah ditemukan di Cekungan Sumatera Utara, namun masih dianggap sebagai wilayah yang belum dieksplorasi,” katanya.
Sementara itu, masih terdapat sembilan miliar mboepd sumber daya yang telah diidentifikasi di Cekungan Sumatera Utara namun belum ditemukan. Nanang menyebut, sumber daya ini dapat ditemukan nantinya melalui kegiatan eksplorasi di masa depan.
Beralih ke Cekungan Sumatera Selatan, Nanang menyebutkan bahwa wilayah ini menyimpan lebih dari 18,7 miliar mboepd sumber daya yang telah ditemukan.
Tidak hanya sumber daya temuan yang besar, di Cekungan Sumatera Selatan juga masih mengandung belasan miliar mboepd sumber daya yang belum ditemukan. “Kita masih memiliki 11,4 miliar mboepd yang belum ditemukan namun sudah teridentifikasi,” ucapnya.
Tidak kalah dengan Sumatera, Cekungan Jawa Timur Laut juga mengandung sumber daya yang cukup besar. “Terdapat lebih dari 10,3 miliar mboepd yang telah ditemukan sumber dayanya di Cekungan Jawa Timur Laut,” kata dia.
Bahkan Nanang mengatakan sebagian wilayah dari sumber daya tersebut juga masih dianggap belum dieksplorasi. Cekungan Jawa Timur Laut juga masih memiliki 9,9 miliar mboepd sumber daya yang belum ditemukan namun telah teridentifikasi.