Komisi VII DPR RI mencecar perusahaan pemurnian dan pengolahan (smelter) nikel yang mengalami kecelakaan pada Mei lalu. Anggota Komisi VII DPR RI Bambang Hermanto mengatakan berdasarkan kunjungannya ke PT. Kalimantan Ferro Industry (KFI) tak menemukan standar kesehatan dan keselamatan kerja (K3).
“Kami berkeliling dari satu pabrik ke pabrik lainnya namun tidak terpasang alat pemadam kebakaran, rambu-rambu juga tidak ada,” kata Bambang dalam rapat dengar pendapat umum di DPR RI pada Senin (8/7).
Bambang menyebut ketidakpatuhan PT KFI dalam penyediaan fasilitas K3 disinyalir menjadi salah satu penyebab kecelakaan pada beberapa waktu lalu.
Owner Representative PT KFI Ardhi Soemargo membantah tudingan tersebut. “Saat bapak mengunjungi lokasi smelter mungkin tidak diarahkan ke tempat yang semestinya, sebab kami sudah menyediakan fasilitas K3 di beberapa titik lain,” kata Ardhi.
Ardhi mengatakan perusahaannya sudah memenuhi seluruh kriteria. Sebab jika hal tersebut belum terpenuhi maka PT KFI tidak akan mendapatkan izin dari Kementerian Perindustrian.
Dia menyebut PT KFI saat ini terus berbenah dan menyediakan beberapa fasilitas K3 tambahan usai kecelakaan pada Mei lalu dan kunjungan DPR ke smelter mereka. “Kami telah menambahkan alat pemadam api ringan, tiga mobil pemadam kebakaran, termasuk juga hydrant di beberapa lokasi,” ujarnya.
Smelter nikel milik PT KFI ini telah mengalami dua kali kecelakaan dalam satu tahun terakhir, yang terjadi pada September 2023 dan Mei 2024.
Ardhi menjelaskan pada September 2023 telah terjadi kecelakaan di smelter nikel PT KFI, tepatnya di area crusher batu bara. Dia mengatakan berdasarkan penyelidikan polisi dinyatakan bahwa kecelakaan tersebut terjadi sebab penyalahgunaan SOP dan mendapatkan surat peringatan level 3 atau SP 3.
“Kami sangat berduka terhadap meninggalnya dua tenaga ahli asing, saat ini sudah dikremasi dan dikembalikan kepada keluarga di Cina,” ujarnya.
Sementara untuk peristiwa pada 16 Mei lalu, Ardhi menyebut bahwa terjadi letupa atau kebakaran selama tiga menit yang lokasinya berada di area limbah, yang bukan bagian dari smelter.
Dari peristiwa ini Ardhi menyebut telah membuat dua orang terluka ringan namun langsung ditangani oleh puskesmas setempat dan dipulangkan di hari yang sama.
“Tindak lanjut yang kami lakukan adalah mengkonstruksi penambahan besar kolam tampung nickel slag dan menambahkan 2 titik aliran air untuk memperbesar debit air, serta meninggikan tembok hingga 10 meter. Hal ini dilakukan sehingga ketika ada letupan tidak ada kebakaran,” kata dia.
Selain itu, PT KFI juga menempatkan indikator water level di tampung nickel slug untuk memberi pengawasan yang lebih optimal. “Di saat yang sama di luar dari kejadian kami terus mempertahankan perawatan rutin kalibrasi alat-alat,” ujar dia.