Prospek Lemah Permintaan Cina, Harga Tembaga Sentuh Level Terendah 3 Bulan,

ANTARA FOTO/Rizal Hanafi/aww.
Pekerja mengawasi proses bongkar muat konsentrat tembaga di Smelter PT Freeport Indonesia (PTFI) di Kawasan Ekonomi Khusus Java Integrated and Industrial Port Estate (KEK JIIPE), Gresik, Jawa Timur, Jumat (21/6/2024).
Penulis: Happy Fajrian
23/7/2024, 13.05 WIB

Harga tembaga merosot ke level terendahnya dalam tiga bulan seiring kekhawatiran tentang melemahnya permintaan Cina dan meningkatnya persediaan global. Harga tembaga turun 1% menjadi US$ 9.216,5 per ton di LME, dengan seluruh harga logam lainnya juga mengalami koreksi.

Bank sentral Cina sebenarnya telah menurunkan suku bunga untuk mendorong perekonomian, serta berencana untuk memperkuat keuangan pemerintah daerah dengan mengalokasikan lebih banyak pendapatan dari kas pusat ke daerah.

Namun ahli strategi komoditas di ING Bank NV Ewa Manthey mengatakan bahwa tanpa langkah-langkah stimulus lebih lanjut, hanya ada sedikit harapan untuk pemulihan jangka pendek di sektor properti dan konstruksi, yang masih lesu. Dua sektor ini paling banyak menggunakan tembaga.

“Kami memperkirakan tembaga dan logam industri lainnya akan turun lebih jauh dalam waktu dekat. Tren itu akan mencerminkan prospek permintaan yang lebih lemah di Cina,” kata Manthey seperti dikutip dari Bloomberg, Selasa (23/7).

Indeks LMEX, yang mencatat harga enam logam dasar, anjlok 5,6% di London pada kepan lalu. Sedangkan tembaga melanjutkan tren koreksinya dari rekor tertinggi pada Mei.

Analis juga melihat tanda baru melemahnya permintaan di Cina seiring ekspor tembaga olahan negara tersebut meningkat lebih daru dua kali lipat pada Juni, melampaui rekor yang dicapai pada 2012.

Lonjakan ekspor ini telah membantu mendorong persediaan global lebih tinggi, dengan stok di gudang global London Metal Exchange meningkat lebih dari dua kali lipat selama dua bulan terakhir ke level tertinggi sejak September 2021.