Harga Minyak Turun 1,6%, Kekhawatiran Permintaan Dunia Bayangi Risiko Geopolitik
Harga minyak dunia kembali turun pada Kamis (1/8), Penurunan ini diakibatkan kekhawatiran permintaan di Amerika Serikat (AS) dan Cina, dua negara pengkonsumsi minyak terbesar dunia, membayangi risiko geopolitik dari memanasnya konflik Timur Tengah.
Minyak Brent turun 1,6% mendekati US$ 80 per barel, sedangkan West Texas Intermediate (WTI) berada di bawah US$ 77 per barel. Pagi ini, Jumat (2/8) Brent bergerak di level US$ 79,92 sedangkan WTI di level US$ 76,72. Harga kembali dalam tekanan setelah munculnya tanda-tanda pelemahan manufaktur AS dan Cina.
Padahal, harga minyak dunia sempat melonjak pada Rabu karena meningkatnya konflik di Timur Tengah usai tewasnya pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh, yang dibunuh oleh Israel. Pemimpin Iran dilaporkan memerintahkan serangan balasan terhadap negara Yahudi tersebut.
Pendiri Vanda Insight, Vandana Hari mengatakan kekhawatiran akan permintaan minyak dunia akan menjadi fokus utama. “Risiko geopolitik yang spontan pada minyak mentah selalu rentan terhadap koreksi di tengah cuaca yang dingin,” kata Vandana dikutip dari Bloomberg pada Jumat (2/8).
Harga minyak mengalami penurunan mingguan terpanjang sejak Desember lalu. Hal ini disebabkan oleh kekhawatiran tentang tingkat konsumsi importir minyak terbesar yakni Cina dan peningkatan produksi kuartal berikutnya dari organisasi negara pengekspor minyak dan sekutunya (OPEC+).
Kekhawatiran ini muncul setelah adanya pertemuan pada Kamis kemarin yang menegaskan rencana peningkatan produksi akan dilakukan. Kendati demikian, harga minyak untuk kontrak berjangka akan tetap lebih tinggi pada tahun ini.
Terlebih ditopang oleh proyeksi pelonggaran moneter di AS yang akan meningkatkan konsumsi disana. “Penurunan suku bunga dapat dilakukan secepatnya pada September,” kata Ketua Federal Reserve Jerome Powell.