Saudi Aramco memperkirakan permintaan minyak dunia naik tajam pada semester II tahun ini. Peningkatan tersebut berkisar 1,6 juta barel per hari (bph) hingga 2 juta bph.
Aramco juga menganggap penurunan harga minyak baru-baru ini lantaran kekhawatiran resesi sebagai reaksi berlebihan terhadap sentimen pasar.
"Aramco melihat total permintaan minyak global sebesar 104,7 juta bph untuk 2024. Beberapa analis memperkirakan permintaan minyak global naik di atas 106 juta bph pada paruh kedua tahun ini," kata CEO Saudi Aramco Amin Nasser, dikutip dari Oilprice pada Jumat (9/8).
Proyeksi Aramco berbeda dengan Badan Energi Internasional (IEA) yang memperkirakan pertumbuhan permintaan yang lebih rendah.
Bulan lalu IEA mempertahankan perkiraan konservatifnya tentang pertumbuhan permintaan minyak global untuk tahun ini dan tahun depan sebesar 970 ribu bph pada 2024 dan 980 ribu bph pada 2025.
Perkiraan badan internasional itu juga di bawah OPEC lebih dari 1 juta bph. Dalam laporan Juli, OPEC memperkirakan pertumbuhan permintaan minyak global untuk 2024 sebesar 2,2 juta bph.
Sementara itu harga minyak jatuh ke level terendahnya sejak Januari dengan Brent merosot ke US$ 76 per barel di tengah meningkatnya kekhawatiran tentang kemungkinan resesi di Amerika Serikat dan permintaan yang lemah di Cina.
Kekhawatiran ini menghapuskan sebagian dampak risiko geopolitik dari meningkatnya ketegangan antara Israel dan Iran terhadap harga minyak.
Namun Nasser menilai bahwa jatuhnya harga lantaran pasar telah bereaksi berlebihan terhadap sinyal permintaan yang melemah. "Fundamental tidak mendukung penurunan harga yang kita saksikan ini," ujarnya.