SKK Migas: Ada Potensi Tambahan Produksi LPG hingga 1 Juta Ton per Tahun
Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mengatakan tengah mendorong produksi liquified petroleum gas (LPG) dalam negeri.
“Karena memang ada potensi mendapatkan tambahan produksi dari lapangan-lapangan kita kira-kira sekitar 900 ribu sampai 1 juta ton per tahun,” kata Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto saat ditemui di gedung DPR RI pada Selasa (27/8).
Dwi menyebut sudah ada rencana dari pemerintah kedepan untuk mewujudkan tambahan produksi ini yang dimulai sejak pengajuan rencana pengambangan atau POD.
“Jadi nanti untuk POD-POD proyek gas harus kami integrasikan dengan pengembangan LPG lapangan yang kaya gas,” ujarnya.
Guna mendukung produksi ini, Dwi menyebut perlunya dukungan baik pertimbangan harga jual maupun keekonomian untuk proses pemisahan gas bumi menjadi bahan baku LPG yakni unsur C3 dan C4.
Menteri Investasi Bahlil Lahadalia sebelumnya meminta pengembangan potensi LPG dari lapangan-lapangan major yang dimiliki Indonesia.
Merespon hal ini Dwi menyebut pihaknya akan segera menindaklanjuti strategi tersebut dengan mengkomunikasikannya kepada perusahaan migas atau KKKS.
Namun Dwi menyebut, Indonesia saat ini juga masih terus memproduksi LPG. “Sudah ada produksi LPG dari lapangan-lapangang eksisting, kemudian potensinya yg lain-lain juga masih ada,” ucapnya.
Tren Produksi LPG
Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menyebut akan membangun hilirisasi LPG melalui pembangunan industri LPG di Indonesia.
Hal ini merupakan salah satu mandat yang Bahlil dapatkan ketika mengemban tugas sebagai Menteri ESDM dari Presiden Joko Widodo dan Presiden Terpilih Prabowo Subianto.
“Segera kita membangun hilirisasi LPG, kami menyiapkan lokasi untuk membangun industri LPG. Karena LPG kita impor terus," kata Bahlil dalam sambutannya dalam acara serah terima jabatan di Kementerian ESDM pada Senin (19/8).
Bahlil juga meminta data lengkap mengenai jumlah impor gas bumi Indonesia yang menurutnya sudah terlalu banyak. Selain impor gas bumi, Bahlil juga meminta detail lokasi potensi gas jenis C3 C4 yang digunakan sebagai bahan baku LPG.
berdasarkan data dari Kementerian ESDM dalam statistik minyak dan gas bumi terlihat bahwa dalam kurun waktu 10 tahun terakhir atau periode 2014-2023, tren produksi LPG domestik cenderung menurun.
Dalam 10 tahun terakhir, jumlah produksi LPG paling rendah terjadi pada 2021 dengan total 1,90 juta metrik ton saja. Kinerja produksi LPG kemudian mulai meningkat pada 2023 menjadi 1,98 juta metrik ton. Berikut data produksi LPG domestik periode 2011-2023:
- 2011: 2.285.439 MT
- 2012: 2.506.966 MT
- 2013: 2.388.193 MT
- 2014: 2.380.862 MT
- 2015: 2.275.910 MT
- 2016: 2.226.202 MT
- 2017: 2.006.918 MT
- 2018: 2.002.354 MT
- 2019: 1.935.172 MT
- 2020: 1.921.652 MT
- 2021: 1.902.557 MT
- 2022: 1.986.294 MT
- 2023: 1.980.000 MT
Senada dengan Dwi, Wakil Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Wiko mengatakan meski belum bisa penuhi demand domestik, namun Indonesia masih bisa memproduksi LPG dengan memanfaatkan dua sumber.
Baik itu sumber gas alam langsung yang mengandung propane butane atau C3 C4 yang merupakan bahan baku LPG. Selain gas alam atau natural gas, pasokan ini juga bisa didapatkan dari pengolahan produk yang berasal dari kilang yang menghasilkan LPG.
“Ada beberapa lapangan upstream yang bisa kami ekstraksi, yang mengandung propane butane, dan juga dari kilang,” ujarnya.