SKK Migas Sebut Ada 15 Lapangan Migas dengan Potensi LPG Besar
SKK Migas mengatakan Indonesia memiliki sejumlah lapangan migas yang mengandung potensi liquified petroleum gas (LPG).
“Ada 15 lapangan potensial, terdiri atas tujuh lapangan prioritas dan delapan lapangan lainnya,” kata Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto saat dihubungi Katadata.co.id pada Kamis (29/8).
Dwi menyebut, 15 lapangan potensi LPG ini tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Namun dia tidak merinci 15 lokasi lapangan tersebut. Kendati demikian, Dwi menyebut terdapat dua lapangan migas yang potensinya paling besar.
“Tapi potensi yang paling besar adalah di East Kalimantan dan Senoro,” ujarnya.
Melansir data geoportal Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, lapangan Senoro yang dimaksud merupakan Senoro-Toili yang terletak di Sulawesi Tengah.
Senoro-Toili termasuk dalam wilayah kerja (WK) migas konvensional dengan operator PT Medco E&P Tomori Sulawesi (Medco E&P) bersama PT Pertamina Hulu Energi Tomori Sulawesi (PHE Tomori Sulawesi), dan Tomori E&P Limited (TEL).
Tanggal efektif kontrak kerja sama WK ini dimulai 4 Desember 1997 hingga 3 Desember 2027. Berdasarkan keterangan Medco EP, operator WK Senoro-Toili telah mendapatkan persetujuan perpanjangan pengelolaan WK migas selama 20 tahun dari Pemerintah. Perpanjangan ini terhitung efektif dari Desember 2027.
WK tersebut telah menghasilkan gas sejak 2015 untuk suplai PT Donggi Senoro LNG (DSLNG), pabrik amonia PT Panca Amara Utama (PAU) dan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) (PLN).
Melansir keterangan resmi Medco pada 2021, pengembangan WK Senoro-Toili akan terus dilaksanakan dengan mengembangkan lapangan Senoro Selatan yang diharapkan akan selesai di 2025 serta melaksanakan kegiatan eksplorasi baru.
“Perusahaan terus berkomitmen untuk memenuhi target produksi yang ditetapkan Pemerintah dan memberikan sumbangsih bagi industri serta masyarakat melalui program pemberdayaan masyarakat di sekitar wilayah operasi," kata Direktur Utama Medco E&P Ronald Gunawan.
Potensi LPG
Sebelumnya, SKK Migas mengatakan tengah mendorong produksi liquified petroleum gas (LPG) dalam negeri.
“Karena memang ada potensi mendapatkan tambahan produksi dari lapangan-lapangan kita kira-kira sekitar 900 ribu sampai 1 juta ton per tahun,” kata Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto saat ditemui di gedung DPR RI pada Selasa (27/8).
Dwi menyebut sudah ada rencana dari pemerintah kedepan untuk mewujudkan tambahan produksi ini yang dimulai sejak pengajuan rencana pengambangan atau POD.
“Jadi nanti untuk POD-POD proyek gas harus kami integrasikan dengan pengembangan LPG lapangan yang kaya gas,” ujarnya.
Guna mendukung produksi ini, Dwi menyebut perlunya dukungan baik pertimbangan harga jual maupun keekonomian untuk proses pemisahan gas bumi menjadi bahan baku LPG yakni unsur C3 dan C4.
Menteri Investasi Bahlil Lahadalia sebelumnya meminta pengembangan potensi LPG dari lapangan-lapangan major yang dimiliki Indonesia.
Merespon hal ini Dwi menyebut pihaknya akan segera menindaklanjuti strategi tersebut dengan mengkomunikasikannya kepada perusahaan migas atau KKKS.
Namun Dwi menyebut, Indonesia saat ini juga masih terus memproduksi LPG. “Sudah ada produksi LPG dari lapangan-lapangang eksisting, kemudian potensinya yg lain-lain juga masih ada,” ucapnya.