Goldman Sachs telah menurunkan perkiraan harga minyak rata-rata tahun 2025 menjadi US$ 77 per barel dari sebelumnya US$ 82. Hal ini lantaran persediaan minyak yang lebih tinggi dan permintaan yang lesu dari Cina diperkirakan akan berdampak negatif pada pasar.
Bank tersebut juga telah memangkas kisaran perkiraan harga minyak Brent tahun 2025 sebesar US$ 5 per barel menjadi US$ 70-85 per barel.
“Risiko terhadap kisaran harga US$ 70-85 kami condong ke arah penurunan mengingat kapasitas cadangan yang tinggi, potensi ketegangan perdagangan, dan kemungkinan bahwa OPEC dapat sepenuhnya membalikkan pemotongan tambahan pada 2025,” kata Goldman Sachs dikutip dari Reuters pada Sabtu (31/8).
Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya seperti Rusia - yang dikenal sebagai OPEC+ - telah menerapkan serangkaian pemangkasan produksi sejak akhir 2022 untuk mendukung pasar, yang sebagian besarnya berlaku hingga akhir 2025.
Pada tanggal 1 Agustus, OPEC+ mengonfirmasi rencana untuk mulai menghentikan pemangkasan terbaru sebesar 2,2 juta barel per hari (bph) mulai bulan Oktober, dengan peringatan bahwa pemangkasan tersebut dapat dihentikan sementara atau dibatalkan jika diperlukan.
OPEC dalam laporan bulanannya memperkirakan permintaan minyak dunia akan naik sebesar 2,11 juta bph pada tahun 2024, turun dari pertumbuhan sebesar 2,25 juta bph yang diharapkan bulan lalu.
Sebelumnya Morgan Stanley menurunkan perkiraan pertumbuhan permintaan minyak globalnya untuk tahun 2024, terutama karena pertumbuhan ekonomi Cina yang melambat, peningkatan penggunaan kendaraan listrik di sana, dan peningkatan jumlah truk yang menggunakan bahan bakar LNG.