Sumur B-12 Banyu Urip Mulai Produksi, SKK Migas Targetkan 13 Ribu Barel per Hari

ANTARA/ Muhammad Heriyanto
Menteri ESDM Arifin Tasrif, Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto dan Presiden ExxonMobil Indonesia Carole Gall beserta jajaran Kementerian ESDM dan ExxonMobil dalam peresmian minyak perdana Banyu Urip Infill Classic (BUIC) di kawasan Blok Cepu, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, Jumat (9/8/2024).
Penulis: Mela Syaharani
Editor: Sorta Tobing
23/9/2024, 16.12 WIB

ExxonMobil Cepu Limited menyelesaikan pengeboran kedua di sumur pengembangan Banyu Urip Infill Clastic B-12 di lapangan Banyu Urip, Blok Cepu, Bojonegoro Jawa Timur. Saat ini sumur B-12 telah berproduksi pada level 5 ribu barel minyak per hari.

SKK Migas menargetkan, secara bertahap sumur itu akan mencapai level produksi 13 ribu barel per hari. "Sebagai lapangan dengan produksi terbesar nomor dua di Indonesia, maka keberhasilan ini memberi dampak besar dalam upaya meningkatkan lifting minyak nasional," kata Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas, Hudi D. Suryodipuro dalam siaran pers, Senin (23/9).

Kepala Divisi Pengeboran dan Perawatan Sumur SKK MIgas Surya Widyantoro mengatakan sumur pengembangan B-12 mencapai target pengeboran di kedalaman 6.076 kaki kedalaman terukur atau ftMD dengan menggunakan anjungan pengeboran PDSI-40.

“Kegiatan pengeboran sumur B-12 diselesaikan selama 45 hari, lebih cepat enam hari dari yang direncanakan,” kata Surya.

Sebelumnya, produksi sumur Banyu Urip sudah dilakukan pada Agustus lalu. ExoonMobil Cepu Limited memproduksi minyak perdana sebesar 13.300 bph dari pemboran sumur di Lapangan Banyu Urip, Blok Cepu.

"Sumur pertama ini sudah bisa menghasilkan 13.300 barel per hari. Kami harapkan nanti sumur-sumur lainnya juga bisa memberikan kontribusi signifikan,” kata Menteri Energi dan Sumber Daya MIneral Arifin Tasrif ketika itu.

Dengan capaian produksi dua sumur di lapangan Banyu Urip, saat ini tersisa lima pengeboran lagi. Kelima sumur akan mulai tajak pada minggu pertama Oktober 2024 dengan estimasi selesai pada 2025. 

Investasi untuk ketujuh pemboran sumur mencapai US$ 203,5 juta atau setara Rp 3,25 triliun (kurs Rp 16.000 per dolar). Penanaman modal ini diharapkan dapat meningkatkan penerimaan negara sebesar US$ 2 miliar, sekitar Rp 32 triliun, dari tambahan minyak 42,92 juta stok barel atau MMSTB.

Reporter: Mela Syaharani