Harga Minyak Naik Jadi US$ 74,54 per Barel Imbas Memanasnya Konflik Timur Tengah

ANTARA FOTO/IDHAD ZAKARIA
Ilustrasi.
Penulis: Mela Syaharani
Editor: Agustiyanti
3/10/2024, 10.52 WIB

Harga minyak dunia naik pada awal perdagangan pada Kamis (10/3) akibat memanasnya konflik di Timur Tengah dan potensi gangguan pasokan minyak mentah.

Mengutip Reuters,  harga minyak mentah berjangka Brent naik 64 sen, atau 0,87%, menjadi U$ 74,54 per barel pada pukul 00.00 waktu amerika. Sedangkan harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS naik 72 sen, atau 1,03%, menjadi US$ 70,82 per barel.

Konflik Timur Tengah semakin memanas lantaran Israel menyerang daerah Bochoura, Beirut. Serangan ini menyebabkan dua orang tewas dan 11 lainnya terluka. Memanasnya konflik juga dipicu oleh serangan Iran pada Selasa lalu yang menembakkan lebih dari 180 rudal balistik ke Israel. 

Meski konflik kian meluas di Timur Tengah, kekhawatiran pasokan minyak sempat mereda pada Rabu (2/10) karena didukung data peningkatan persediaan minyak mentah AS secara tak terduga. Administrasi Informasi Energi Amerika Serikat mencatat persediaan minyak mentah mereka naik 3,9 juta barel menjadi 417 juta barel dalam seminggu terakhir.

“Bertambahnya persediaan minyak ini menambah bukti bahwa pasokan pasar dalam keadaan baik dan dapat bertahan dari gangguan apapun,” kata para analis ANZ dikutip dari Reuters pada Kamis (10/3).

Selain tambahan pasokan, investor saat ini belum merasa terpengaruh akan konflik Timur Tengah. Pasokan minyak utama dan kapasitas cadangan organisasi negara pengekspor minyak dunia (OPEC) cukup aman.

“Setelah serangan Iran, harga minyak mungkin akan tetap tinggi atau tidak stabil untuk beberapa waktu. Namun disaat yang bersamaan tetap ada jumlah produksi dan pasokan minyak yang cukup untuk seluruh dunia,” kata kepala eksekutif East Daley Analytics, Jim Simpson kepada Reuters. 

Reuters menyebut OPEC memiliki kapasitas cadangan minyak yang cukup untuk mengganti hilangnya pasokan dari Iran. Jika Israel melumpuhkan fasilitas minyak di negara tersebut.

Kendati demikian, para pedagang tetap khawatir akan pasokan minyak jika Iran membalas serangan dengan menyerang instalasi minyak di wilayah negara sekitar Teluk.

“Efektivitas kapasitas cadangan minyak yang ada akan menurun jika serangan terhadap infrastruktur energi di kawasan Timur Tengah,” kata Analis UBS, Giovanni Staunovo.

Reporter: Mela Syaharani