Harga Minyak Bisa Naik Tembus US$ 200 per Barel Jika Israel Serang Balik Iran

Muhammad Zaenuddin|Katadata
Pekerja menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) mellakukan monitoring di wilayah Unit Boiler Package yang dirancang untuk memenuhi kebuutuhan utiliti kilang refinery development master plan (RDMP) Balikpapan, Kalimantan Timur, Sabtu (8/1/2022).
4/10/2024, 06.58 WIB

Analis mengingatkan harga minyak mentah berjangka bisa melonjak tembus US$ 200 per Barel jika Israel serang balik Iran. Pasalnya, Israel mengancam menargetkan infrastruktur minyak Iran.

Iran, yang merupakan anggota OPEC, merupakan pemain utama di pasar minyak global. Sebanyak 4% pasokan minyak dunia terancam jika infrastruktur minyak Iran menjadi target Israel.

Kepala analis komoditas di bank Swedia SEB, mengatakan meningkatnya ketegangan di Timur Tengah dapat memiliki konsekuensi dramatis bagi pasar. Dia mengatakan, menyingkirkan instalasi minyak Iran setara dengan mengurangi pasokan 2 juta barel minyak dunia.

“Maka pertanyaan berikutnya di pasar adalah apa yang akan terjadi sekarang di Selat Hormuz? Itu, tentu saja, akan menambah premi risiko yang signifikan terhadap minyak,” kata Schieldrop dikutip dari CNBC, Kamis (4/10).

“Jika Anda menyingkirkan instalasi di Iran, dengan mudah Anda akan mencapai US$ 200 lebih,” kata Schieldrop ketika ditanya sejauh mana harga minyak dapat melonjak dalam skenario seperti itu.

Terletak di antara Iran dan Oman, Selat Hormuz adalah jalur air sempit tetapi penting secara strategis yang menghubungkan produsen minyak mentah di Timur Tengah dengan pasar utama di seluruh dunia.

Harga minyak telah naik lebih dari 4% sejak awal minggu karena para pedagang telah memantau dengan cermat peningkatan risiko geopolitik di Timur Tengah.

Harga acuan internasional minyak mentah Brent berjangka dengan masa kedaluwarsa Desember diperdagangkan hampir 2% lebih tinggi pada US$75,32 per barel pada Kamis (3/10). Sedangkan kontrak November minyak mentah West Texas Intermediate AS berada pada US$71,60, atau 2,1% lebih tinggi untuk sesi tersebut.

AS Bakal Bantu Israel Serang Iran

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, berjanji untuk menanggapi serangan Iran. Benjamin mengatrakan Iran akan membayar untuk apa yang ia gambarkan sebagai "kesalahan besar". Komentarnya muncul tak lama setelah Iran menembakkan lebih dari 180 rudal balistik ke Israel.

Berbicara selama kunjungan ke Qatar pada Kamis (3/10), Presiden Iran Masoud Pezeshkian mengatakan negaranya "tidak mengejar perang dengan Israel." Namun, ia memperingatkan tentang tanggapan yang kuat dari Teheran terhadap tindakan Israel lebih lanjut.

Sementara itu, Presiden AS, Joe Biden, menyatakan tengah memikirkan untuk mendukung serangan serangan Israel terhadap fasilitas minyak Iran.

"Kami sedang membahasnya. Saya pikir itu akan sedikit - pokoknya," ujarnya.

Komentar Biden adalah katalis yang menggerakkan harga lebih tinggi, kata Daniel Ghali, ahli strategi komoditas senior di TD Securities. "Risiko geopolitik di Timur Tengah mungkin berada pada level tertinggi sejak Perang Teluk," kata Ghali 

Indeks minyak AS melonjak 5,5% di awal sesi ke level tertinggi intraday US$ 73,99 per barel. West Texas Intermediate naik sekitar 8% minggu ini, dengan laju kenaikan mingguan terbaik sejak Maret 2023.